JAKARTA — Meski gratis, kendati seluruh ongkosnya dibiayai pemerintah, sekolah dasar negeri (SD Negeri) mulai banyak ditinggalkan siswa-siswanya. Sebagian orang tua murid memindahkan anak-anaknya dari SD Negeri ke sekolah swasta atau madrasah ibtidaiyah, dengan berbagai alasan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama 2016 – 2022 jumlah murid SD Negeri di Indonesia menyusut hingga lebih dari dua juta siswa, dari semula 22,43 juta menjadi 20,37 juta. Sementara itu, SD swasta justru mampu menyedot tambahan lebih dari 520.000 siswa.
Seiring dengan berkurangnya siswa, sejumlah SD Negeri terpaksa ditutup. Dalam periode tersebut, jumlah SD Negeri susut 1.980 unit, sedangkan SD swasta bertambah 3.452 sekolah dari 15.481 menjadi 18.933 unit.
Jika dirinci, penyusutan SD Negeri terbesar terjadi di Pulau Jawa. Di Jawa Barat, misalnya, sebanyak 836 SDN terpaksa ditutup. Padahal, dalam periode yang sama, SD swasta bertambah 702 sekolah atau 42%.
Di Jawa Timur, 699 SDN ditutup, sedangkan jumlah SD swasta naik 391 unit atau 24%.
Jawa Tengah juga sama: 505 sekolah dasar negeri ditutup, dan SD swasta bertambah 225 unit atau 21%.
Jika ruang kelas pada SD Negeri semakin lengang, sebaliknya SD swasta justru makin berdesakan. Pada 2022, rata-rata jumlah murid per sekolah pada SD Negeri di Jawa Tengah hanya 133 siswa, sedangkan SD swasta berjubel hingga 240 murid.
Di Jawa Timur, rata-rata hanya terdapat 129 murid di setiap SD Negeri, sedangkan kepadatan pada SD swasta mencapai 195 siswa per sekolah.
Apakah hanya sekolah di pelosok yang kalah bersaing dengan swasta? Tidak juga. Selama periode yang sama, sekolah dasar negeri di DKI Jakarta kehilangan lebih dari 34.000 siswa, sehingga 304 unit SDN ditutup.
Seiring dengan itu, jumlah murid SD swasta di Ibu Kota bertambah 16.000 siswa. Untuk meampung animo masyarakat, jumlah SD swasta di DKI bertambah 21 unit.
Realokasi budget
Rontoknya sekolah dasar negeri perlu dipertanyakan mengingat alokasi anggaran negara untuk pendidikan sudah sangat besar: 20% dari total APBN, atau hampir dua kali gaji pegawai negeri dan setara dengan satu setengah kali budget pembayaran bunga utang pemerintah.
Melempemnya sekolah dasar negeri akan menjadi salah satu pekerjaan rumah serius bagi pemerintahan mendatang.
Sekolah-sekolah ini tidak kehabisan murid karena jumlah anak usia sekolah berkurang, tapi lantaran tak mampu bersaing. Data BPS mencatat, populasi anak usia 5-14 tahun bertambah, dari semula 46,2 juta pada 2016 menjadi 48 juta jiwa pada 2022.
Selain itu, selama periode yang sama, partisipasi sekolah untuk tingkat SD juga tidak berkurang, malah sebaliknya cenderung naik, dari 99,09% menjadi 99,10%
Kualitas SD Negeri dapat dimulai dari realokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), peningkatan kualitas guru, penambahan fasilitas, dan penataan sebaran sekolah.
Tidak sedikit sekolah dasar negeri yang jumlah gurunya lebih banyak dari jumlah muridnya. Di beberapa sekolah, sejumlah ruang kelas tampak kosong, tanpa ada peserta didik.
Sebenarnya, tumbuh suburnya sekolah swasta merupakan kabar baik. Pilihan publik semakin beragam, dan sekolah swasta dapat mendorong kenaikan benchmark kualitas pendidikan.
Namun, keberadaan sekolah dasar negeri sangat penting untuk menjamin akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dasar yang berkualitas.