JAKARTA– Pemerintah bertekad menyetop impor jagung untuk pakan ternak. Ini merupakan salah satu resolusi tahun 2025 yang penting pemerintah, mengingat kebutuhan devisa untuk impor jagung cenderung terus meningkat.
Selama tujuh tahun terakhir, menurut data UN Comtrade, nilai impor jagung Indonesia melonjak dari US$114 juta pada 2017 menjadi US$368 juta pada 2023.
Dalam periode yang sama, volume jagung impor juga menanjak dari 517.000 ton menjadi 1,24 juta ton.
Namun, jika ditilik lebih rinci, sebagian besar jagung impor tersebut digunakan untuk kebutuhan industri, hanya sebagian yang diolah menjadi pakan ternak.
Selama tiga tahun terakhir, rata-rata volume impor jagung Indonesia, masih menurut UN Comtrade, mencapai 374.066 ton per tahun. Dari jumlah ini, hanya 65.300 ton atau 17 persen yang digunakan untuk pakan ternak.
Defisit 65.000 ton ini agaknya tak terlalu sulit untuk dipenuhi oleh produksi jagung di dalam negeri. Menurut kalkulasi pemerintah, produksi jagung tahun ini bakal mencapai 16,7 juta ton, jauh di atas kebutuhan domestik yang hanya sekitar 13 juta ton.
Meskipun defisitnya tak seberapa, tekad pemerintah menyetop jagung untuk pakan ternak, bisa saja meleset. Data historis mencatat, hasil panen jagung sangat fluktuatif.
Menurut data Badan Pangan Nasional, dalam enam tahun terakhir, panen jagung naik turun antara 18 hingga 22 juta ton.