JAKARTA — Di antara indikator ekonomi yang serba mencorong, setidaknya ada satu yang tampak kelap kelip, rada mengkhawatirkan: tabungan masyarakat kecil (wong cilik) terus menukik turun.
Antara Juni hingga September 2023, jumlah tabungan dengan saldo kecil (di bawah Rp100 juta), merayap turun dari semula Rp1.012 triliun pada Juni, menjadi Rp1.009 triliun di bulan berikutnya, lalu anjlok hingga tinggal Rp1.005 triliun, pada September.
Jumlah tabungan dengan saldo kecil memang kerap bergejolak, tapi jarang sekali berlarut-larut. Paling banter hanya dua bulan berturut-turut. Dalam empat tahun terakhir, hanya sekali tabungan saldo kecil melorot selama tiga bulan berturut-turut, yakni pada awal 2020.
Lazimnya, simpanan saldo kecil cenderung terus merambat naik, dari bulan ke bulan. Pada bulan Ramadhan (penerimaan THR), kelompok tabungan ini biasanya melonjak tinggi, lalu anjlok lagi sebulan kemudian (hari raya).
Begitu pula di akhir tahun, tabungan saldo kecil umumnya cenderung meningkat (THR Natal dan bonus akhir tahun), lalu turun di bulan berikutnya.
Sementara tabungan wong cilik makin menukik, tabungan saldo raksasa semakin perkasa. Dalam periode yang sama, total simpanan saldo jumbo (di atas Rp5 miliar) tumbuh Rp89 triliun, dari Rp4.242 triliun menjadi Rp4.331 triliun.
Peningkatan saldo penabung jumbo merupakan mesin utama yang menggerakkan pertumbuhan simpanan masyarakat di perbankan.
Penurunan jumlah tabungan saldo mikro selama tiga bulan berturut-turut memberi isyarat bahwa masyarakat kecil kini sedang hidup dengan “mantab” alias makan tabungan. Isyarat ini meneguhkan pentingnya pemerataan hasil-hasil pembangunan dan kesempatan berusaha, seperti sering dijanjikan para calon presiden di masa kampanye.