JAKARTA — Jawa adalah kunci. Jargon ini bukan hanya berlaku dalam dunia politik, tapi juga ekonomi. Selama ini, ekonomi Indonesia bertumpu pada kekuatan Jawa. Lebih dari separuh output ekonomi Indonesia disumbangkan oleh Jawa, pulau yang ditempati oleh 56 persen penduduk Indonesia.
Di masa Presiden Joko Widodo, pemerintah berusaha memperluas basis pertumbuhan ke luar Jawa melalui pembangunan infrastruktur dan bebagai jurus “membangun dari pinggiran”.
Ikhtiar ini mulai menuai hasil, meski belum maksimal. Sumbangan luar Jawa terhadap perekonomian Indonesia pelan-pelan merayap naik dari 42 persen pada 2013 (sebelum era Jokowi), menjadi 43 persen pada kuartal-2 2024.
Jika pemerintah kini menargetkan pertumbuhan delapan persen, Presiden Prabowo Subianto layak menimbang strategi pertumbuhan berbasis wilayah, termasuk di luar Jawa.
Untuk menilik potensi pertumbuhan wilayah, Datanesia melakukan simulasi berdasarkan data historis. Hasilnya, terdapat delapan wilayah yang bisa menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi yang pesat, dengan mendorong sektor-sektor usaha prioritas.
Dalam simulasi ini, pilihan wilayah prioritas dilakukan melalui dua saringan: wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, sekaligus besar kontribusinya terhadap perekonomian. Status pertumbuhan yang tinggi dan kontribusi yang besar ini diukur dalam perbandingannya dengan rata-rata nasional.
Dari hasil analisis, terdapat delapan provinsi yang berada pada Kuadran-1, yakni wilayah dengan pertumbuhan dan kontribusi yang tinggi, di atas kinerja rata-rata provinsi selama 10 tahun terakhir. Secara kumulatif, delapan daerah itu menyumbang 68,31 persen output perekonomian nasional.
Delapan wilayah itu terdiri dari
- Sumatera Utara, dengan sektor andalan: pertanian, kehutanan, dan perikanan
- Sumatera Selatan (industri pengolahan)
- Daerah Khusus Jakarta (perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor)
- Jawa Barat (industri pengolahan)
- Jawa Tengah (industri pengolahan)
- Jawa Timur (industri pengolahan)
- Banten (industri pengolahan)
- Sulawesi Selatan (pertanian, kehutanan, dan perikanan)
Gairah di luar Jawa
Penopang utama pemulihan ekonomi paskacovid terutama berada di Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua. Ketiga wilayah ini tumbuh jauh melampaui kinerja rata-rata pulau lain seperti Jawa dan Sumatera, maupun nasional.
Belakangan, Kalimantan menyusul pada 2023, tumbuh lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Sementara itu, Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara masih tenggelam di bawah rata-rata nasional. Kecuali Sumatera, wilayah lain bahkan belum kembali ke posisi sebelum pandemi (2019) yang berada di atas 5 persen.
Bagi perekonomian nasional, Jawa memang dominan. Sumbangannya masih mayoritas, 57,05 persen terhadap perekonomian nasional.
Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap Pulau Jawa membuat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5 persen. Bahkan Dana Moneter Internasional atau Internasional Monetary Fund (IMF) juga sudah memperkirakan, kinerja perekonomian nasional hanya di kisaran 5,06-5,07 persen sepanjang 2025-2029. Untuk itu, Presiden Prabowo perlu melongok potensi pada wilayah yang selama ini menopang perekonomian nasional.
Ada keuntungan tambahan jika mendorong kinerja perekonomian melalui wilayah. Peluang pemerataan ekonomi lebih terbuka seiring dengan arah kebijakan pemerintah yang fokus pada pengembangan wilayah. Pulau Jawa yang selama ini selalu jadi primadona aktivitas investasi harus rela berbagi perhatian kepada pulau dan provinsi lain.
Download Report – Tumbuh 8% Potensi Wilayah