JAKARTA — Pemilu 2024 merupakan pemilu anak muda. Lebih dari 116,5 juta atau 56% suara akan berasal dari generasi milenial (biasa juga disebut generasi Y) dan generasi Z. Sementara itu, generasi tua –mereka yang lahir sebelum 1981—jumlahnya tak sampai 90 juta pemilih atau hanya 44% suara.
Besarnya porsi pemilih muda bukan tak disadari kandidat presiden dan wakil presiden. Sejak awal, tampaknya mereka menyiapkan sejumlah siasat untuk memikat dan menjadikan kelompok ini sebagai target utama perolehan suara.
Ada yang mencoba memperkenalkan diri dengan cara rajin tampil di sosial media — ada pula yang mencoba merancang program yang akomodatif bagi aspirasi dan kepentingan anak muda.
Siapa sebenarnya pemilih muda ini, bagaimana tingkat pendidikannya, dan di mana saja mereka berada?
Riset Datanesia berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 mencatat, tingkat pendidikan pemilih muda jauh lebih tinggi ketimbang pemilih pada umumnya.
Pemilih muda didominasi oleh mereka yang lulus SMA (36%). Sementara itu, pada populasi pemilih, porsi terbesarnya hanya lulus SD (37%). Pada pemilih muda, porsi lulusan SD hanya 22%.
Satu lagi: porsi alumni perguruan tinggi pada kelompok pemilih muda mencapai 12%, sedangkan pada populasi pemilih hanya 10%.
Selain tingkat pendidikannya lebih tinggi, pemilih muda juga dikenal lebih “khatam gadget”. Mereka bergaul dengan teknologi digital sejak kecil dan terbiasa menikmati informasi audiovisual.
Barangkali itu sebabnya, mereka lebih banyak mengonsumsi media sosial yang menonjolkan platform video seperti Tik Tok, YouTube, dan Instagram ketimbang media sosial berbasis teks seperti twitter (sekarang dikenal sebagai X) atau facebook.
Meski tingkat pendidikannya lebih tinggi, kepedulian dan pengetahuan pemilih muda pada dunia politik belum tentu sebesar kelompok pemilih pada umumnya.
Sejumlah podcast yang tayang belakangan ini menggambarkan bagaimana para pemilih muda bahkan tidak kenal dengan nama-nama kandidat presiden atau wakil presiden.
Jawa tetap jadi kunci
Sama seperti populasi pemilih, sebagian besar pemilih muda berdomisili di Jawa. Separuh lebih pemilih muda, tepatnya 61,2 juta atau 52%, tersebar pada tiga provinsi terbesar di Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jika ditambah tiga provinsi lagi, yaitu Banten, Sumatra Utara, dan DKI Jakarta, jumlahnya akan menjadi 81 juta atau 70% dari total pemilih muda, atau setara dengan 40% dari total pemilih.
Demi efisiensi, tim sukses dan para influencer tampaknya akan bertarung habis-habisan pada enam provinsi ini untuk memperebutkan suara pemilih muda.