Ketimpangan Kepemilikan Emas

JAKARTA — Meski pilihan investasi kian beragam, daya tarik emas agaknya tak kunjung luntur. Data BPS mencatat, logam mulia tetap menjadi salah satu pilihan utama semua lapisan rumah tangga Indonesia, kaya maupun miskin.

Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Maret 2023 menunjukkan, setidaknya ada tujuh dari 10 rumah tangga kaya Indonesia yang menyimpan emas dengan bobot 10 gram atau lebih.

Di tengah iming-iming instrumen investasi lain yang menjanjikan imbal hasil tinggi seperti surat utang negara, obligasi, atau saham, emas dipilih sebagai salah satu bentuk penyebaran aset untuk mengurangi risiko.

Emas menjadi alternatif lantaran nilainya yang cenderung stabil, tak tergerus inflasi, dan wataknya yang likuid alias mudah dicairkan menjadi uang.

Begitu ada kebutuhan mendesak, emas mudah dijual pada pasar dan harga yang transparan – tak seperti aset tanah atau properti yang sering kali memerlukan waktu negosiasi yang panjang.

Survei yang sama juga menunjukkan, emas bukan hanya menjadi pilihan kelompok kaya. Semua lapisan ekonomi di Indonesia memiliki simpanan emas, meski dalam porsi yang berbeda. Semakin sejahtera (makin tinggi kelas ekonomi), maka porsi rumah tangga yang menyimpan emas semakin banyak.

Jika porsi rumah tangga kaya yang menyimpan emas mencapai 72 persen, maka pada kelas menengah porsinya turun menjadi hanya 41 persen, dan turun lagi masing-masing tujuh persen dan empat persen pada rumah tangga rentan miskin dan miskin.

Perbedaan kepemilikan emas ini juga menunjukkan ketimpangan sumber daya dan akses finansial pada setiap lapisan ekonomi. Kelompok yang lebih sejahtera memiliki akses yang lebih terbuka terhadap investasi dan simpanan jangka panjang yang lebih aman.

Sementara itu, rumah tangga yang berada pada kelas ekonomi bawah (miskin dan rentan miskin) cenderung mengalokasikan sumber daya untuk kebutuhan sehari-hari.

Popularitas Emas dan Perlindungan Konsumen

Artikel sebelumnya

Dana Nganggur untuk Talangi BUMN

Artikel selanjutnya

Baca Juga