JAKARTA – Tahun politik memang tahun penuh ketidakpastian. Tak heran banyak investor cenderung menahan modalnya sambil melihat perkembangan dinamika politik. Bahkan di pasar keuangan, isu pun terkadang disantap oleh pelaku pasar. Pada isu mundurnya Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan misalnya, telah membuat gundah para investor.
Para investor asing langsung pasang kuda-kuda. Untuk sementara, dananya ditarik dari Indonesia, parkir dulu di luar sambil memantau. Sepanjang 2023 misalnya, dana asing sudah keluar masuk silih berganti dari dan ke Indonesia. Puncaknya pada 7-10 Agustus 2023 ketika dana asing yang keluar dari Indonesia mencapai Rp14,6 triliun. Keluarnya dana asing ini merupakan dampak dari jual neto di pasar saham yang mencapai Rp16,0 triliun.
Setelah itu, tren keluarnya dana asing dari Indonesia berlanjut. Barulah pada November 2023, dana-dana asing kembali masuk pasar finansial Indonesia.
Namun pada 22-25 Januari 2024, investor kembali melakukan aksi jual neto -selisih jual dan beli- sebesar Rp3,2 triliun. Aksi yang sama di pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada periode tersebut mencapai Rp3,3 triliun, sedangkan di pasar saham yang terjadi sebelumnya, yakni beli neto sebesar Rp0,5 triliun.
Sementara jual neto di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp0,4 triliun. Aksi jual neto investor asing berbanding terbalik dari pekan sebelumnya yang menunjukkan net buy sebesar Rp7,7 triliun pada 15-18 Januari.
Keluarnya dana asing juga didorong oleh menguatnya daya tarik Amerika Serikat. Tawaran suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama berdampak pada imbal hasil utang Amerika Serikat dengan tenor 10 tahun.
Pada 29 Januari 2024, apresiasi imbal hasil utang Amerika Serikat menguat menjadi 4,1% atau naik 0,2% dari 29 Desember 2023. Sementara pada periode yang sama, imbal hasil utang Indonesia menguat menjadi 6,7% atau hanya naik 0,08 poin.
Di sisi lain, kepemilikan SBN rupiah juga relatif mengalami sedikit pergeseran. Pada 26 Januari 2023, kepemilikan asing di SBN masih 15,1%.
Kemudian turun menjadi 14,9% per 26 Januari 2024. Tren penurunan ini sudah terlihat sejak September 2023.