JAKARTA – OJK berencana memangkas jumlah BPR dari 1.411 BPR (per September 2023) menjadi hanya sekitar 1.000—jumlah ideal versi OJK—pada 2027. Lembaga tersebut menilai jumlah BPR yang terlalu banyak menjadi salah satu sumber masalah. Sebab, sebagian di antaranya, berada dalam kondisi finansial yang buruk. Namun, jumlah kantornya justru terus tumbuh, dari 2.009 pada 2005, kemudian menjadi 6.054 unit kantor per September 2023.
Jumlah kantor BPR terbanyak terkonsentrasi di pulau Jawa. Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi tiga besar provinsi dengan unit kantor BPR terbesar. Dari tiga provinsi tersebut, jumlahnya terakumulasi 67,8% dari total kantor BPR di Indonesia.
Dalam 18 tahun terakhir, pertumbuhan aset Bank Perekonomian Rakyat (BPR) -sebelumnya Bank Perkreditan Rakyat- cenderung mengalami perlambatan. Sepanjang 2006-2015, pertumbuhan asetnya terbilang cukup tinggi, tak pernah kurang dari 13%. Bahkan pada 2011 sempat menyentuh 22%. Pertumbuhan asetnya pada periode ini kerap lebih tinggi dari kinerja aset bank umum, kecuali pada 2013. Namun setelahnya, yaitu 2016 hingga September 2023, pertumbuhan aset BPR cenderung lebih rendah, tak pernah lagi mencapai 12%.
Sementara pertumbuhan aset bank umum untuk periode yang sama, masih menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup bagus, meski sedikit melambat. Sepanjang 2016-2022 pertumbuhan aset Bank Umum rata-rata 9,0%. Namun pada September 2023, pertumbuhan tahun berjalan (ytd) aset bank umum (Desember 2022 ke September 2023) hanya mencapai 1,1%.
Pada 2005, nilai aset BPR sebesar Rp20 triliun tumbuh hingga 9,5 kali lipat dalam 18 tahun, menjadi Rp190 triliun pada September 2023. Sementara nilai aset bank umum yang pada 2005 sekitar Rp1.470 triliun tumbuh 7,6 kali lipat pada periode yang sama. Dengan demikian, nilai aset bank umum pada September 2023 mencapai Rp11.235 triliun.
Download Report – Musim Kelam BPR