Pengangguran dan Partisipasi Perempuan di Kota Perdagangan

JAKARTA – Seluruh warga di kota yang masuk daftar pusat perdagangan memiliki pendidikan yang lebih lama ketimbang provinsi acuannya. Semua kota juga memiliki rasio lulusan perguruan tinggi yang lebih besar dibandingkan provinsi acuan. Ini menunjukkan bahwa secara umum, tenaga kerja di kota pusat perdagangan merupakan tenaga kerja terdidik, bahkan termasuk sarjana.

Ironinya, untuk pengangguran, hanya Kota Bukittinggi yang memiliki tingkat pengangguran terbuka lebih rendah dibandingkan provinsi acuan. Pada 2021 misalnya, tingkat pengangguran terbuka di Bukittinggi hanya 6,1%, sementara di Provinsi Sumatera Barat rata-rata 6,5%.

Tingkat pengangguran terbuka terbesar justru ada di Kota Sukabumi dan Kota Cirebon. Masing- masing mencapai 10,8% dan 10,5%, lebih banyak dari provinsi acuan yang 9,8%.

Dari sisi keterlibatan gender di dunia kerja, separuh dari kota pusat perdagangan memiliki rasio partisipasi kerja perempuan yang lebih rendah daripada provinsi acuan. Hanya Kota Pekanbaru, Langsa, Cirebon, Pasuruan dan Bukittinggi yang memiliki rasio partisipasi kerja perempuan lebih tinggi.

Bukittinggi bahkan beroleh angka rasio partisipasi kerja perempuan tertinggi ketimbang kota-kota lainnya, yaitu 60,5% dari total orang yang bekerja. Dari 10 kota tersebut, partisipasi perempuan di dunia kerja yang terendah ada di Kota Sukabumi, yaitu 41,6%. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, rata- rata partisipasi perempuan mencapai 47,9%.

 

Bukittinggi Lebih Sejahtera

Dari semua indeks kesejahteraan, Bukittinggi dengan PDRB 2021 hanya Rp9,0 triliun secara umum merupakan kota yang paling sukses di antara 10 kota yang ekonominya terutama ditopang sektor perdagangan. Angka harapan hidup, tingkat kemiskinan dan gini ratio yang mengukur ketimpangan pendapatan, kondisi di Bukittinggi lebih baik ketimbang yang terjadi di provinsi acuannya.

Angka harapan hidup, warga di Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Langsa dan Kota Serang lebih rendah dibandingkan provinsi acuannya. Kota Serang memperoleh angka harapan hidup paling rendah, sementara Kota Tegal dan Bukittinggi ada di posisi yang terlama. Di atas kertas, rata-rata penduduk dua kota tersebut berpeluang hidup lebih lama dibandingkan daerah lainnya.

Dari sisi tingkat kemiskinan, hanya Kota Cirebon dan Kota Serang yang memiliki angka lebih tinggi dari provinsi acuan. Ini menunjukkan bahwa di dua kota pusat perdagangan tersebut tingkat kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah. Tingkat kemiskinan terendah ada di Kota Pekanbaru, yaitu sebesar 2,8%. Terendah selanjutnya adalah Kota Malang dan Bukittingi.

Namun bila mengukur ketimpangan pendapatan, Kota Sukabumi, Cirebon, Langsa dan Malang memiliki Rasio Gini yang lebih besar dari pada provinsi acuan. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan di empat kota itu lebih tinggi dibandingkan kota-kota lainnya dalam daftar kota pusat perdagangan.

Download Edisi White Paper

Dominasi Konsumsi Rumah Tangga di Kota Perdagangan

Artikel sebelumnya

Wilayah Perdagangan Vs Wilayah Manufaktur

Artikel selanjutnya

Baca Juga