Bergesernya Perekonomian Sulteng

JAKARTA – Perekonomian Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami pergeseran. Dari sisi pengeluaran misalnya, dominasi konsumsi rumah tangga makin layu.

Hingga 2017, komponen konsumsi rumah tangga menopang hampir separuh perekonomian Sulteng dari sisi pengeluaran. Nilainya mencapai 49,6%, kemudian terus menyusut hingga tersisa 33,0% pada 2021. Bahkan tingkat pertumbuhannya pun rendah, yaitu hanya 2,7%.

Perlahan tapi pasti, perannya diambil-alih oleh investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mencapai 48,6%. Selanjutnya adalah belanja (konsumsi) pemerintah dan ekspor bersih.

Kontribusi ekspor terus menanjak sejalan dengan kian maraknya industri pengolahan barang logam serta pertambangan dan penggalian di Sulteng. Namun, karena impornya pun ikut menanjak, kontribusi bersihnya hanya tersisa 7,8%.

Aktivitas ekspor Sulteng selama Januari-Desember 2021 didominasi oleh dua kelompok komoditas utama. Pertama, kelompok besi dan baja dengan nilai ekspor US$10,7 miliar dengan kontribusi 88,4% terhadap total ekspor Sulteng. Kedua, kelompok bahan bakar mineral senilai US$1 miliar dengan kontribusi 8,3%.

Ketergantungan ekonomi yang besar terhadap aktivitas ekspor barang dan jasa tentunya memiliki risiko, karena dominannya pengaruh eksternal, baik secara politik maupun perubahan harga di pasar internasional. Kondisi ini membuat perekonomian Sulteng sangat rentan terhadap guncangan eksternal.

Seiring dengan tingginya ekspor, kegiatan impor barang dan jasa juga marak. Bahkan tumbuh lebih tinggi dari ekspornya, yakni 36,3% (yoy) pada 2021.

Pergeseran ekonomi secara struktural di Sulteng ini menyiratkan tingkat perekonomian warga setempat yang tidak berjalan beriringan dengan kinerja ekonomi wilayah. Biasanya, kondisi perekonomian warga diperlihatkan melalui kinerja konsumsi rumah tangga yang ternyata, dalam empat tahun terakhir kontribusinya terus melorot.

Menanti Rembesan Ekonomi Sulteng

Artikel sebelumnya

Berapa Usia Harapan Hidupmu

Artikel selanjutnya

Baca Juga