Simsalabim, Rindu Batu Bara

Komoditas batu bara yang pelan-pelan sedang dilupakan, kini kembali jadi primadona akibat ancaman krisis energi. Indonesia ketiban berkah. Bagaimana kondisi ekonomi dan sosial wilayah penghasil batu bara terbesar?

Ringkasan Eksekutif

  • Negara-negara maju yang selama ini mengampanyekan transisi menuju energi hijau, tentu tanpa batu bara, kini bertekuk lutut untuk mendapatkan bahan bakar fosil itu. Banyak alasan ketika sejumlah negara besar Eropa seperti Jerman minta pasokan batu bara Indonesia. Musim dingin segera tiba, sementara pasokan energi primer tersendat. Rusia memasok lebih dari setengah gas alam dan sekitar sepertiga dari semua minyak yang dibakar Jerman untuk memanaskan rumah, pabrik listrik, dan bahan bakar mobil, bus, dan truk. Sekitar setengah dari impor batu bara Jerman, energi penting untuk produksi baja, berasal dari Rusia.
  • Permintaan global terhadap batu bara yang menanjak, melambungkan harga komoditas tersebut. Sebagian besar produksi batu bara Indonesia berasal dari Pulau Kalimantan, yaitu mencapai 86,3% dari total produksi nasional. Bahkan Kalimantan Timur saja mampu memproduksi 268 juta ton atau sekitar 47,9% dari total produksi 2020. Kemudian diikuti Kalimantan Selatan.
  • Lonjakan kenaikan harga batu bara -bahkan mencapai tertinggi sepanjang sejarah- tak lantas membuat ekonomi wilayah penghasilnya terdongkrak tinggi. Buktinya Kalimantan Timur. Pada kuartal IV-2021 hingga kuartal I- 2022, kinerja ekonominya masih di bawah pencapaian nasional. Bahkan Kaltim ada di posisi terendah dibandingkan empat provinsi penghasil batu bara terbesar lainnya, walaupun pada periode tersebut harga batu bara justru sedang menanjak naik.
  • Berkah dari kenaikan harga juga belum menetes ke kehidupan sosial warga di provinsi penghasil batu bara terbesar. Kalimantan Timur yang sangat bergantung pada pertambangan dan penggalian, terutama batu bara, menyimpan tingkat pengangguran terbuka rata-rata 7,0% per tahun dalam periode 2017-2022. Ini mengindikasikan rendahnya daya serap tenaga kerja di sektor tersebut. Kondisi itu jauh lebih buruk dari kondisi nasional.
  • Wilayah yang sangat bergantung pada sektor pertambangan dan penggalian seperti batu bara, harus memiliki jalan keluar untuk meningkatkan kinerja ekonomi serta kesejahteraan warganya. Hasil tambang seperti batu bara, terbukti tak dapat dijadikan sandaran utama. Selain itu, kebijakan yang berpihak, seperti melibatkan usaha lokal terutama usaha kecil dan menengah dalam rantai pasok, baik di sisi produksi maupun distribusi. Kebijakan ini berpeluang ikut menopang perekonomian warga dan wilayah.

Download White Paper

Suku Bunga AS Terus Melaju

Artikel sebelumnya

Pil Pahit Saat Pemulihan

Artikel selanjutnya

Baca Juga