Pil Pahit Saat Pemulihan

Krisis perekonomian global di pelupuk mata. Bagaimana pertahanan ekonomi Indonesia?

  • Perang Rusia dan Ukraina dengan beragam turunannya, seperti blokade barang dari Rusia, membuat pasokan barang di pasar internasional seperti minyak, terganggu. Sejak 28 Februari 2022, harga minyak mentah secara konsisten di atas US$100 per barel. Kondisi itu jauh melampaui patokan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang US$63 per barel. Kenaikan anggaran subsidi kian sulit dibendung.
  • Inflasi yang didorong oleh kenaikan harga minyak mentah berpotensi menambah beban subsidi dan kompensasi yang harus dibayar pemerintah. Asumsinya, setiap kenaikan harga minyak mentah US$1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi elpiji sekitar Rp1,5 triliun, subsidi minyak tanah Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp2,7 triliun. Selain itu, setiap kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP: Indonesian Crude Price) US$1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar.
  • Laju kenaikan harga minyak mentah terbukti mujarab mendorong inflasi, baik di tingkat konsumen maupun produsen. Hingga Maret 2022, inflasi di tingkat produsen telah menyentuh 9,1%, ketika inflasi di tingkat konsumen masih 2,6%. Tingginya inflasi di tingkat produsen memberikan sinyal bahwa biaya produksi mengalami peningkatan, terutama akibat harga bahan baku yang lebih mahal. Informasi ini merupakan indikator dini dari harga grosir maupun eceran, yang akan menyesuaikan dengan perubahan harga di tingkat produsen.
  • Dari 17 kategori barang dan jasa yang ada dalam perekonomian, komoditas menyangkut kebutuhan dasar masyarakat cenderung tidak elastis. Untuk komoditas bersifat tersier, karena bukan kebutuhan dasar, tentu sangat elastis terhadap perubahan harga. Contohnya penyediaan akomodasi dan makan minum; perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Dari hasil estimasi yang dilakukan Datanesia, untuk kelompok tersier ini, jika harganya naik sekitar 1%, maka permintaannya berpotensu turun lebih dari 2%.
  • Banyak negara telah menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi. Bank Indonesia masih memilih jalan berbeda. Suku bunga acuan dipertahankan dalam posisi rendah, yaitu 3,5%. Bank sentral lebih memilih instrumen lain, yaitu menaikkan giro wajib minimum dan operasi pasar terbuka. Hasilnya yang terlihat hingga saat ini: nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dan inflasi sudah ada di atas rentang yang ditargetkan.

Download White Paper

Simsalabim, Rindu Batu Bara

Artikel sebelumnya

Konsumsi Semen Bergeser ke Timur

Artikel selanjutnya

Baca Juga