Naik Turun Kontribusi Investasi

JAKARTA – Kinerja perekonomian nasional yang ditunjukkan melalui Produk Domestik Bruto (PDB) sangat erat kaitannya dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Badan Pusat Statistik (BPS) menerjemahkan PMTB sebagai pengeluaran untuk barang modal yang dengan umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi.

PMTB, indikator dalam perekonomian nasional, mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai konsumsi pemerintah.

Indiktor tersebut merupakan tolok ukur investasi dalam komponen PDB pengeluaran. Ketika investasi meningkat, penambahan kapasitas produksi dan bisnis semakin giat, lapangan kerja terbuka, yang akhirnya berimbas kepada melesatnya konsumsi rumah tangga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

PMTB merupakan kontributor terbesar kedua terhadap PDB dari sisi pengeluaran, setelah konsumsi rumah tangga. Pada Juni 2022, kontribusinya mencapai 27,3% atau bernilai Rp1.343 triliun. Kinerja komponen tersebut naik 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada triwulan dua tersebut, kontribusi investasi terhadap total perekonomian nasional mencapai 27,3%, sementara konsumsi rumah tangga 51,5%. Sisanya adalah belanja pemerintah dan ekspor bersih serta lainnya. Dengan kontribusi sebesar itu, kinerja penanaman modal di dalam negeri akan berpengaruh besar bagi perekonomian.

Bila melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam 10 tahun terakhir (2012-2021), kinerja investasi bergerak dinamis. Meningkatnya suku bunga, melemahnya nilai tukar rupiah, dan kondisi perekonomian global yang tidak pasti berpotensi memperlambat pertumbuhan investasi nasional.

Pertumbuhan investasi yang di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional usai pemulihan akibat krisis perumahan global 2009, mengalami penurunan pada 2013 sebagai dampak akan ketidakpastian global. Selama 2013-2016, ada kecenderungan pertumbuhannya lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional. Namun pada 2017 hingga kuartal pertama 2019 melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Saat pandemi Covid-19 terjadi, kinerja investasi dan PDB menyusut hingga kuartal I-2021. Kinerja investasi terendah terjadi pada kuartal II-2020, yaitu hingga minus 8,6%. Pertumbuhan investasi sempat mengalami rebound pada kuartal II-2021. Setelah itu terus melambat hingga saat ini.

Krisis global tahun ini berawal dari invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu di tengah proses pemulihan dari dampak pandemi. Tekanannya masih terjadi hingga sekarang.

Ukraina merupakan pemasok sekitar 10% gandum di pasar dari pasar gandum dunia, serta 15% pasar jagung, menyebabkan krisis pangan. Sementara Rusia yang mendapat tekanan terutama dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, memutuskan untuk menutup keran pipa gas alam yang mengancam ketahanan energi di Eropa. Kedua kondisi ini menaikkan harga pangan dan energi.

Sepinya pasokan pangan dan energi di tingkat global telah melambungkan harganya, sehingga inflasi pun melesat. Bank sentral di banyak negara merespons dengan menaikkan suku bunga acuan.

Terakhir, bank sentral Inggris telah menaikan suku bunga hingga 200 basis poin yang menyebabkan kenaikan biaya hidup dan membawa negeri itu dalam krisis ekonomi. September lalu, bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) telah mengerek suku bunga acuan 75 basis poin, menjadi 3-3,25%. Begitu pula Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%

Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memberikan isyarat penting: “Bank Dunia menyampaikan kalau bank sentral seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023”.

Dalam kondisi pengetatan tersebut, investasi yang menjadi komponen penting dalam perekonomian Indonesia tentu akan terpengaruh. Dunia usaha cenderung mengencangkan ikat pinggang ekspansi dan investasi.

Download Edisi White Paper

10 Komoditas Unggulan Indonesia

Artikel sebelumnya

Beban Utang Pemerintah Semakin Berat

Artikel selanjutnya

Baca Juga