Memetakan Peluang Ekonomi Wilayah: Kota Serang

Ringkasan Eksekutif

Berada di antara ibu kota negara Jakarta dan Cilegon, satu di antara kantong manufaktur di Indonesia, Kota Serang meraup untung sebagai kota satelit yang mendapat cipratan perputaran uang di kedua kota ini.

Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Serang secara rata-rata selama 2012-2021 adalah sektor perdagangan, yaitu 29,9%. Selanjutnya ada kontribusi sektor konstruksi dan real estate.

Hasil analisis Tipologi Klassen dengan menggunakan data 2017-2021, Kota Serang termasuk daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi. Namun, kinerja pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di Provinsi Banten. Kondisi tersebut mengisyaratkan pertumbuhan ekonomi di wilayah masih belum menetes dengan baik ke penduduk.

Berdasarkan analisis Datanesia ada 10 sektor basis dan 11 sektor kompetitif yang bisa didorong untuk melejitkan pertumbuhan ekonomi Kota Serang. Sektor yang yang termasuk irisan sektor basis
dan sektor kompetitif adalah sektor perdagangan, Penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, jasa pendidikan serta jasa kesehatan.

Pada 2012-2016, total investasi asing yang masuk ke Kota Serang mencapai US$360 juta. Angkanya naik menjadi US$1,4 miliar pada lima tahun berikutnya. Begitu juga dengan investasi dalam negeri. Pada 2017-2021, total investasi yang masuk mencapai Rp854 miliar, mencelat jauh ketimbang lima tahun sebelumnya yang Rp 97 miliar.

Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Serang hanya 4.833 unit atau 4,5% dari
total jumlah UMKM di Provinsi Banten. Namun 75,2% atau tiga per empat UMKM di Kota Serang memperoleh pendapatan tahunan di tingkat menengah, yaitu Rp24-299 juta. Ini menunjukkan terlepas dari jumlah UMKM yang paling mini, kinerja UMKM di Kota Serang cukup baik.

Kota Serang memiliki persoalan sosial yang cukup serius. Seluruh indikator sosial, dari kemiskinan, tingkat pengangguran, hingga usia lama hidup, berada di bawah rata-rata Provinsi Banten. Begitu juga dengan pengeluaran non makanan maupun rata-rata lama sekolah.

Rasio ketergantungan (dependency rasio) Kota Serang mencapai 45,1%. Dengan demikian, setiap 100 jiwa penduduk usia produktif memiliki tanggungan 45,1 penduduk usia non produktif. Data-data ini menunjukkan piramida penduduk yang ideal untuk pertumbuhan ekonomi.

Download White Paper

Memetakan Peluang Ekonomi Wilayah: Padang

Artikel sebelumnya

Apakah Nasib Perempuan Masih Di Bawah Pria?

Artikel selanjutnya

Baca Juga