Denyut Deindustrialisasi Dini

JAKARTA – Ketika kontribusi sektor industri mengalami perlambatan sebelum mencapai titik optimum, kondisi inilah yang disebut sebagai gejala deindustrialisasi dini di sektor industri manufaktur. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), puncak industrialisasi atau kontribusi terbesar sektor industri terhadap PDB terjadi pada 1997, yakni mencapai 26,0%. Setelah itu, pelan tapi pasti, terus melemah.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian menujukan, per Juli 2023, angkanya mencapai 53,31, turun 0,62 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ada perlambatan, walaupun masih tetap masuk dalam kategori ekspansi (indeks di atas 50).

Sejak 2011, kontribusi sektor industri pengolahan tak pernah lagi mencapai 22%. Bahkan selama lima tahun terakhir, kontribusi sektor manufaktur kurang dari 20%. Pada 2022, kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional kian ciut tersisa 18,3%.

Serapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan merupakan satu di antara indikator penting yang memberikan sinyal kerawanan jika
terjadi deindustrialisasi. Pada Februari 2023 sektor tersebut menyerap 18,8 juta orang atau 13,6% dari total orang bekerja.

Dalam 20 tahun terakhir, kontribusi tertinggi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja terjadi pada Agustus 2019 yang mencapai 14,9% dari total orang bekerja. Ketika itu, ada 19,2 juta orang mencari nafkah di sektor tersebut. Setelah itu, kontribusinya terus menurun. Pada Februari 2023, tersisa 13,6%, dari 13,8% pada Februari 2022 atau 14,2% di Agustus 2022.

Dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), peran sektor industri di Indonesia terhadap perekonomian nasional jauh tertinggal. Indonesia hanya unggul lawan Timor Leste, Laos, Filipina, dan Kamboja.

Umumnya, rata-rata kontribusi sektor industri untuk negara-negara yang masuk kategori kelas berpenghasilan menengah ke atas,
bisa mencapai 22,8%. Kemudian, negara berpenghasilan menengah 21,2% dan negara berpenghasilan menengah ke bawah sebesar 15,2%. Dengan begitu, posisi Indonesia masih ada di antara negara menengah-bawah dengan menengah.

Download Report – Denyut Deindustrialisasi

Defisit Komoditas Strategis

Artikel sebelumnya

India Setop Ekspor, Harga Beras akan Melonjak?

Artikel selanjutnya

Baca Juga