Candu Beras Impor

JAKARTA – El Niño, fenomena perubahan suhu yang mengakibatkan musim kemarau di sejumlah tempat di Indonesia, diprediksi akan berakhir pada Februari 2024. Musim panen yang semula diprediksi terjadi pada Februari tahun ini mundur menjadi Maret akibat fenomena yang sama. Namun, sebelum musim panen raya, pemerintah membuka keran impor 3 juta ton beras, dengan alasan stok beras minus 2,8 juta ton.

Indonesia memang tak pernah absen mengimpor beras. Volumenya bervariasi. Pada 1999 misalnya, beras impor yang masuk pasar Indonesia sekitar 4,7 juta ton atau senilai US$1,3 miliar, tertinggi dari sisi volume dalam 34 tahun terakhir. Sedangkan dari sisi nilai, terjadi pada 2011, ketika Indonesia mengimpor 2,7 juta ton beras setara US$1,5 miliar. Dari sisi nilai, inilah impor beras tertinggi dalam 34 tahun terakhir.

Selisih harga beras di dalam negeri dibandingkan asal Vietnam maupun Thailand rata-rata nyaris dua kali lipat. Dalam hitungan dagang, marjinnya sangat besar. Bisa triliunan untuk ukuran yang didatangkan Indonesia.

Pada 2023, selisih rata-rata harga beras Indonesia dengan beras asal Thailand (broken 5%) mencapai Rp6.644 per kilogram. Sementara dibanding beras asal Vietnam, selisihnya Rp7.096 per kilo. Dengan begitu, rata-rata selisih harga beras di dalam negeri dengan beras asal dua negara tersebut sekitar Rp6.870 per kilogram. Dengan kebutuhan impor 3 juta ton atau 3 miliar kilogram, berarti ada selisih harga yang harus dibayar konsumen Indonesia sekitar Rp20,6 triliun. Inilah potensi keuntungan dagang beras impor, sebelum memperhitungkan biaya transportasi maupun kemasan.

Badan Pangan Nasional menyebutkan bahwa stok beras nasional minus 2,8 juta ton selama Januari-Februari 2024. Karena itu, pemerintah akan mengimpor beras dengan kuota sebanyak tiga juta ton sepanjang 2024, yang dua juta ton di antaranya ditargetkan masuk Indonesia pada Januari-Maret 2024.

Menurunnya pasokan beras langsung mendorong kenaikan harga. Anehnya, meski pemerintah terus menyuplai beras impor dan menggelar operasi pasar sepanjang tahun, harga beras tak kunjung turun dan seolah menemukan titik keseimbangan yang terus baru.

Pada 25 Juli 2023 misalnya, harga beras kualitas medium I masih ada di Rp13.550 per kilogram, namun naik drastis menjadi Rp14.750 dalam lima bulan. Harga beras jenis tersebut terus naik menjadi Rp15.300 per kilogram pada 12 Februari 2024. Harga beras kualitas medium I itu, saat ini lebih mahal dari beras kualitas super I pada Juli 2023.

Harga Eceran Tertinggi alias HET, patokan harga beras versi pemerintah, bahkan tak bernyali. Harga semua jenis beras melambung di atas HET. Untuk beras jenis medium I, deviasi harga di pasar terhadap HET tak ada yang kurang dari 10%. Ini terjadi di semua provinsi di Indonesia.

Deviasi tertinggi untuk beras tipe medium I terjadi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Di kedua provinsi ini, harga di pasar lebih mahal sekitar 63,05% dan 53,9% dari HET.

Download Report – Candu Beras Impor

Catatan Merah Wilayah Tambang

Artikel sebelumnya

Pajak Rasa Cukai

Artikel selanjutnya

Baca Juga