Dalam Bayang-bayang Resesi 2023

Ringkasan Eksekutif

Laporan IMF menyebutkan Amerika Serikat, Eropa hingga China akan mengalami perlambatan ekonomi terdalam pada 2023. Bahkan berpotensi jatuh ke jurang resesi. Pada 21 November 2022, Whitepaper Datanesia “Denyut Resesi 2023” menunjukkan bahwa Leading Economic Indicator (LEI) di tiga raksasa ekonomi dunia itu pada Oktober lalu sudah mengalami penurunan dan minus. Indikator itu memberikan sinyal pergerakan ekonomi ke depan yang muram.

Jika sektor perdagangan terganggu akibat perlambatan ekonomi dari negara-negara tujuan ekspor, maka ekonomi dalam negeri juga terdampak. Dari 10 negara mitra dagang utama Indonesia, enam negara di antaranya bakal mengalami perlambatan ekonomi berdasarkan data-data perkembangan Leading Economic Indicator yang disajikan Conference Board.

Cina merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia. Sepanjang lima tahun (2017-2021), total nilai perdagangan antara Indonesia-Cina mencapai US$385,8 miliar atau 21,8% dari total nilai perdagangan Indonesia. Nilai ekspor ke negara tersebut selama lima tahun terakhir mencapai US$163,7 miliar. Bahan bakar mineral menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia ke negara itu.

Dalam lima tahun terakhir (2017-2021), total nilai ekspor 10 komoditas utama Indonesia mencapai US$548,8 miliar. Bahan bakar mineral yang di dalamnya termasuk batu bara, ada di peringkat pertama komoditas dengan nilai ekspor Indonesia yang paling besar, yaitu senilai US$122,1 miliar.

Kontribusi ekspor bahan bakar mineral ke lima negara mitra dagang utama: Cina, Jepang, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia selama 2017-2021 mencapai 61,0%. Pelabuhan utama yang mengirimkan bahan bakar mineral yaitu dari Kalimantan Timur (5 pelabuhan), Kalimantan Selatan (2 pelabuhan), Papua Barat (1 pelabuhan), Riau (11 pelabuhan) dan Kepulauan Riau (1 pelabuhan).

Ketika terjadi krisis di tingkat global, tekanan tidak hanya terjadi pada sektor usaha yang mengelola komoditas utama ekspor. Aktivitas pelabuhan ekspor yang selama ini bergairah mengangkut barang ke pasar internasional berpotensi lesu. Dampaknya bisa merambat ke perekonomian wilayah, selanjutnya ikut menekan perekonomian nasional.

Download White Paper

Dampak Berlipat Infrastruktur

Artikel sebelumnya

Pemulihan Ekonomi Maluku Utara Melesat, Bali Terantuk

Artikel selanjutnya

Baca Juga