Liku-liku Komoditas Pangan

Harga pangan di tingkat global mencapai yang tertinggi sepanjang sejarah. Di Indonesia, sinyalnya mulai menggeliat. Sejumlah provinsi sangat rawan terhadap ketahanan pangan lantaran selama ini mengalami defisit.

Ringkasan Eksekutif

  • Data FAO mencatat indeks harga makanan global telah menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah, baik secara nominal maupun riil. Pandemi ditengarai sebagai salah satu penyebab krisis pangan tersebut. Perang Rusia dan Ukraina yang menghambat rantai pasok turut berkontribusi.
  • Pada Mei 2022, inflasi Indonesia tercatat sebesar 3,6% (yoy), meningkat dari 3,5% (yoy) pada April 2022. Kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau menyumbang inflasi terbesar dengan 5,6% (yoy). Komoditas dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang dominan memberikan andil terhadap inflasi, yaitu telur ayam ras, ikan segar, bawang merah, daging sapi, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, tempe, dan roti manis.
  • Secara umum, DKI Jakarta mengalami defisit hampir seluruh komoditas pangan strategis. Untuk daging ayam ras, Jawa Barat menjadi pemasok terbesar, dengan jumlah lebih dari separuh kebutuhan Jakarta.
  • Potensi bisnis pangan strategis sungguh menggiurkan. Total nilai konsumsi dasar untuk kelima komoditas saja, yakni beras, daging ayam ras, telur ayam rasa, cabai merah dan bawang merah, mencapai Rp761,9 triliun. Nilai untuk beras merupakan yang terbesar, yaitu Rp415,6 triliun. Semestinya potensi ini bisa digarap pengusaha dalam negeri.
  • Pemerintah daerah di wilayah surplus komoditas perlu memfasilitasi transportasi dan logistik dengan membangun infrastruktur yang memadai sehingga dapat mendorong distribusi kelebihan komoditas ke wilayah lain dengan biaya yang terjangkau. Sementara wilayah yang mengalami defisit seperti Jakarta, hilirisasi atau pengolahan pasca panen komoditas menjadi krusial.

Download White Paper

Harga Melonjak, Kok Inflasi Anteng Saja

Artikel sebelumnya

Efek Domino Resesi Amerika

Artikel selanjutnya

Baca Juga