Sektor usaha sudah mulai bergerak ke bisnis energi baru terbarukan. Komitmen dan keseriusan pemerintah menjadi taruhannya.
Ringkasan Eksekutif
- Pemerintah kian rajin kampanye transisi energi, seiring dengan posisi Indonesia sebagai Presidensi G20. Tidak hanya pemerintah, sektor usaha, khususnya Kadin yang menjadi penanggung jawab B20 pun secara gencar mempromosikan investasi energi hijau dalam setiap kesempatan. Business of Twenty (B20) merupakan forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menjadi penanggung jawab KTT B20 yang akan digelar di Bali pada November 2022.
- Posisi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain dalam realisasi komitmen dalam transisi energi. Sekadar contoh, dapat dilihat pada peringkat “Renewable Energy Country Attractiveness Index (RECAI)” yang dikeluarkan Ernst & Young pada Oktober 2021. Pemeringkatan negara yang sungguh-sungguh di bidang energi ramah lingkungan tersebut, dikeluarkan oleh E&Y setiap dua tahun sekali. Dalam daftar tersebut, Indonesia ada di urutan 39 negara paling atraktif di bidang energi terbarukan.
- Di tengah kampanye transisi energi, dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-2030 masih menempatkan batu bara sebagai energi primer utama bagi pembangkit listrik di Indonesia. Konsistensi pemerintah dalam mendukung transisi energi akan sangat berpengaruh pada hasrat dunia usaha mengelola bisnis di sektor ramah lingkungan yang saat ini bahkan ke depan, akan menjadi tren dunia.
- Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik di Indonesia cukup bergairah. Per September 2021 misalnya, penjualan mobil jenis Battery Electric Vehicle (BEV) mencapai 611 unit, Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) 44 unit dan Hybrid Elecric Vehicle (HEV) 1.737 unit. Ke depan, volumenya akan terus meningkat. Komitmen di hilir ini akan menjadi cerita buruk jika tidak disertai realisasi di hulu, terutama pada pembangkit listrik.