Bulan madu di Yogyakarta terasa sangat singkat. Namun provinsi yang nyaris tanpa keistimewaan sumber daya alam seperti pertambangan di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah, perekonomian Yogyakarta pulih paling cepat di Jawa.
Ringkasan Eksekutif
- Tidak seperti Maluku Utara dan Sulawesi Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu-satunya provinsi yang mampu tumbuh tinggi selama pandemi tanpa kekayaan sumber daya mineral yang menjadi penopang. Ekonomi Yogyakarta tumbuh 5,5% (yoy) pada 2021, tertinggi ketiga dari seluruh provinsi di Indonesia dan paling cepat pulih di Pulau Jawa. Angka itu setara dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut dalam satu dekade terakhir sebelum terjadinya pandemi.
- Sektor industri pengolahan tetap menjadi penopang utama perekonomian Yogyakarta dengan rata-rata kontribusinya mencapai 13,2%. Meski demikian, sektor jasa lainnya menjadi primadona yang menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi Yogya dengan tumbuh tertinggi pada tahun 2021 mencapai 21,5% (yoy).
- Pada tahun 2021, ekspor barang dan jasa mampu tumbuh tinggi hingga 21,7% (yoy) seiring dengan pemulihan ekonomi global dan menjadi driver utama pertumbuhan ekonomi Yogya tahun 2021. Sebaliknya, komponen pengeluaran konsumsi RT yang mendominasi ekonomi Yogya hingga 64,3% pada tahun 2021, hanya mampu tumbuh 1,8%. Bahkan lebih lambat jika dibandingkan dengan ratarata pertumbuhan 10 tahun terakhir sebelum pandemi sebesar 3,3%.
- Tak sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang stabil dan cukup tinggi melebihi ratarata pertumbuhan nasional, perekonomian Yogyakarta masih dibayang-bayangi oleh masalah kemiskinan dan ketimpangan yang tinggi. Pada tahun 2021, tingkat kemiskinan Yogyakarta sebesar 11,9%, lebih tinggi dari 9,7% di tingkat nasional. Tingkat ketimpangannya pun merupakan yang tertinggi se-Indonesia dengan nilai rasio gini mencapai 0,436.
- Pemerintah Yogyakarta bersama dunia usaha di DI Yogyakarta dapat membuka peluang yang lebih besar dengan mendorong peningkatan investasi di sektor pertanian dan industri pengolahan. Peningkatan kinerja di kedua sektor tersebut bukan hanya dapat menanggulangi angka kemiskinan dan ketimpangan, tetapi juga untuk meningkatkan nilai tambah ketenagakerjaan dan menunjang kegiatan ekspor DI Yogyakarta.