JAKARTA – Dalam 20 tahun terakhir, pertumbuhan simpanan pada tiga bulan penutup 2023 bahkan tercatat yang terendah. Sepanjang 20 tahun, yakni Januari 2004 hingga Desember 2023, pertumbuhan simpanan tertinggi terjadi pada Maret 2009, yakni mencapai 21,4%. Kenaikan sebesar dua digit hanya berlangsung 12 tahun. Sejak Oktober 2005 hingga saat ini, pertumbuhannya selalu satu digit.
Simpanan masyarakat di perbankan memang tumbuh tipis. Tapi simpanan milik pemerintah daerah atau pemda justru makin kritis. Bukan tumbuh, tapi menyusut. Lebih banyak dana yang ditarik ketimbang disimpan. Setidaknya itu terjadi pada 2023. Secara tahunan, pada Desember 2023, simpanan milik Pemda di perbankan menyusut 19,3%. Totalnya ada sekitar Rp104 triliun atau berkurang Rp25 triliun dibandingkan Desember 2022 yang mencapai Rp129 triliun.
Sebagian besar dari total simpanan di bank merupakan milik perorangan yang nilainya sekitar 50,5% atau Rp4.162 triliun dari total simpanan per Desember 2023. Badan usaha bukan keuangan milik swasta merupakan pemilik simpanan terbesar kedua, yakni mencapai 34,5% atau sebesar Rp2.843 triliun.
Dilihat dari jenis simpanan, komposisi antara giro, tabungan, maupun deposito tak jauh berbeda. Namun per Desember 2023, yang terbesar dalam bentuk deposito, yakni 36,7% atau Rp3.020 triliun dari total simpanan di bank yang Rp8.236 triliun. Kemudian diikuti tabungan, selanjutnya giro.
Bali menjadi provinsi dengan pertumbuhan simpanan tertinggi, yakni 19,1%. Bersama Bali, ada lima provinsi lain yang pertumbuhan simpanannya di atas 10%: Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.
Ironinya, ada enam provinsi pula dengan kinerja simpanan di perbankan menyusut. Sumatera Selatan menjadi provinsi dengan penyusutan tabungan terdalam, yakni mencapai 6,2%, kemudian disusul Bangka Belitung, Jambi, Sulawesi Tengah, Papua Barat, dan Sumatera Barat.
Kalimantan Tengah termasuk provinsi dengan pertumbuhan simpanan masyarakat di perbankan yang menakjubkan, yaitu mencapai 15,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi kinerja perekonomiannya, seperti ditunjukkan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jauh di bawah nasional yang 5,05%. Sementara PDRB Kalimantan Tengah hanya naik 4,1%.
Uniknya lagi, seperti terjadi di Maluku Utara. Pertumbuhan simpanan masyarakat di perbankan wilayah ini merupakan salah satu yang terbesar. Bahkan, pertumbuhan ekonominya menakjubkan, yakni mencapai 20,5%. Tragisnya, PDRB per kapita atau perekonomian setiap warga di wilayah itu yang Rp65,6 juta , jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai Rp75,0 juta per tahun. Boleh jadi, tingkat kesejahteraan warga di wilayah ini relatif tidak merata.
Kepulauan Riau menjadi satu-satunya wilayah dari lima provinsi dengan pertumbuhan simpanan tertinggi, yang tingkat pengangguran terbukanya (6,8%) lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 5,32%. Maluku Utara punya cerita mirip, yakni menjadi satu-satunya provinsi – di antara lima provinsi dengan pertumbuhan simpanan terbesar – dengan pengeluaran per kapita lebih rendah dari rata-rata nasional.
Bali, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara menjadi tiga provinsi dengan pertumbuhan simpanan di perbankan tertinggi yang memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran terbuka lebih rendah dari rata-rata nasional. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan sepanjang tahun lalu juga lebih tinggi dari rata-rata nasional. Ini menjadi indikator semakin membaiknya ekonomi di tiga provinsi tersebut.
Download Report – Denah Simpanan Bank