JAKARTA – Ketahanan pangan nasional hingga saat ini masih rawan. Pada 2022 misalnya, Indeks Ketahanan Pangan Indonesia memang mengalami kenaikan, dari 59,8 pada tahun sebelumnya menjadi 60,2. Akan tetapi, bila melihat empat komponen pembentuknya: ketersediaan (availability), keterjangkauan (affordibility), kualitas dan keamanan (quality and safety), serta sumber daya alam dan ketangguhan (natural resource and resilience), ada penurunan skor yang cukup besar pada komponen ketersediaan, dari 57 menjadi 50,9.
Turunnya skor ketersediaan yang sangat besar menunjukkan adanya persoalan pada ketahanan pangan negeri ini. Datanesia menganalisis persoalan ketersediaan pangan ini melalui empat komoditas strategis: beras, daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang merah. Komoditas- komoditas tersebut menyedot pengeluaran masyarakat tertinggi untuk kelompok pengeluaran pada kategori makanan.
Beras memiliki porsi pengeluaran hingga 5,07% dari setiap rumah tangga. Sementara daging ayam ras mencapai 1,53% dan telur ayam ras sebesar 1,17%. Adapun porsi bawang merah sebesar 0,59% dari total rata-rata pengeluaran setiap rumah tangga.
Dari empat komoditas pangan penting, yakni menyerap pengeluaran masyarakat terbesar, hanya beras yang kemampuan produksinya tumbuh. Sisanya, yakni daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang merah menurun.
Neraca Komoditas Pangan Strategis Nasional di 34 provinsi:
- Beras. Jika dilihat neracanya dalam tiga tahun berturut-turut (2020-2022), ada 15 provinsi yang mengalami surplus beras. Ada tambahan pada 2022, yakni Kalimantan Barat, sehingga jumlahnya menjadi 16 wilayah. Surplus tertinggi terjadi di Jawa Tengah, yang pada 2022 mencapai 2,9 juta ton. Kemudian di Jawa Timur (2,4 juta ton) dan Sulawesi Selatan (2,2 juta ton). Defisit beras terbesar terjadi di provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 747 ribu ton pada 2022.
- Daging Ayam Ras. Pada 2022, surplus terjadi di 27 provinsi dan defisit di 7 wilayah lainnya. Surplus tertinggi terjadi di Jawa Tengah yang pada 2022 mencapai 518 ribu ton. Kemudian Jawa Timur (354 ribu ton) dan Jawa Barat (276 ribu ton). Defisit terbesar terjadi di DKI Jakarta, yaitu 114 ribu ton.
- Telur Ayam Ras. Surplus di 20 provinsi dan defisit di 14 provinsi. Surplus tertinggi terjadi di Jawa Timur pada 2022 yaitu sebesar 1 juta ton. Kemudian di Jawa Tengah (582 ribu ton) dan Sumatera Utara (478 ribu ton). Defisit telur ayam ras terbesar terjadi di DKI Jakarta, yaitu 103 ribu ton.
- Bawang Merah. Surplus di 10 provinsi dan defisit di 24 provinsi. Surplus tertinggi terjadi di Jawa Tengah pada 2022 yaitu sebesar 441 ribu ton. Kemudian di Jawa Timur (341 ribu ton) dan Sumatera Barat (179 ribu ton). Defisit bawang merah terbesar terjadi di Banten, yaitu 50 ribu ton.