JAKARTA – Jika volume penjualan mobil dilihat per bulan dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya atau year on year (yoy), pada Februari 2024, genap sudah sembilan bulan berturut-turut rapor penjualan mobil merah. Sejak Juli 2023, penjualannya menyusut terus-menerus hingga Februari tahun ini.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), pada Februari 2019 misalnya, angka penjualan mobil wholesale (dari pabrik ke dealer) mencapai 82 ribu unit. Februari tahun ini hanya 71 ribu.
Bahkan jika angka penjualan Januari-Februari digabung, dalam enam tahun terakhir (2018-2024), volume penjualan 2024 yang sebanyak 140 ribu unit hanya unggul dibandingkan 2021, yakni 102 ribu unit. Tahun-tahun lainnya ada di atas angka penjualan tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sempat menyoroti perkembangan miris ini, sambil tetap menghibur: tingkat konsumsi masyarakat masih sangat baik.
Namun dia tidak dapat menutupi kegusarannya atas penurunan penjualan barang tahan lama (durable goods) yang berturut-turut tersebut. “Meski consumer index kuat, ini (penurunan penjualan) perlu kita jaga,” ujarnya.
Produsen mobil terbesar di Indonesia, PT Astra Internasional Tbk juga meyakini bahwa penjualan mobil akan pulih menjelang Lebaran serta hadirnya beragam varian baru. “Momentum Lebaran dan (kehadiran) model-model baru diharapkan dapat berkontribusi positif bagi penjualan mobil nasional,: ungkap Boy Kelana Subroto, Head of Corporate Communication Astra International, melalui siaran pers.
Keyakinan Menteri Sri Mulyani dan Astra International memang selaras dengan hasil survei konsumen yang dikeluarkan Bank Indonesia. Pada Februari 2024, hasil survei mengungkapkan, keyakinan konsumen terhadap ekonomi tetap kuat.
Potret itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2024 yang berada dalam zona optimis (>100), yakni di posisi 123,1. Penopang keyakinan konsumen tersebut adalah Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang tetap optimis.
Jangan-jangan, keyakinan konsumen itu tidak ditujukan pada produk mobil jenis sedan. Penjualannya pada Januari-Februari 2024 secara kumulatif anjlok 51,8 persen, dari 1.487 unit pada Januari-Februari 2023 menjadi 717 unit pada Januari-Februari 2024.
Hampir seluruh jenis mobil mengalami penurunan penjualan, kecuali untuk model 4×4 dan bus yang masing-masing justru tumbuh 15,6 persen dan 1,3 persen. Penjualan terburuk terjadi pada jenis kendaraan kabin ganda dengan kapasitas di bawah 5 ton, yaitu mengalami penyusutan 70 persen.
Melihat perkembangan konsumsi terhadap mobil yang rada berselisih dengan hasil survei Bank Indonesia ini, mungkin kelompok kelas menengah sedang malas konsumsi, dan lebih memilih untuk menabung. Menurut catatan Lembaga Penjamin Simpanan, rata-rata tabungan untuk seluruh kelompok nominal tumbuh positif.
Ambil contoh tabungan masyarakat yang ada di bawah Rp100 juta. Pada Januari 2024, mengalami kenaikan 5,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal ketika Desember 2023, pertumbuhan tahunannya hanya 0,8 persen.
Apalagi saat ini ada bayang-bayang buruk rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 2025. Boleh jadi para pemilik dana lebih memilih menyimpan atau investasi ketimbang belanja, apalagi untuk kebutuhan sekunder.