Ringkasan Eksekutif
Dana Moneter Internasional (IMF) merilis laporan World Economic Outlook pada Oktober lalu. Laporan itu mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan memprediksi perlambatan ekonomi yang akan terjadi pada 2023. Invasi Rusia terhadap Ukraina yang menimbulkan krisis pangan dan energi global hingga menyebabkan inflasi menjadi penyebab utama.
Tekanan akibat perang tersebut telah membuat perekonomian global, terutama pada negara- negara besar, tampak rapuh. Hasil analisis Conference Board, lembaga think-tank global menyebutkan bahwa leading economic indicator (LEI) secara global pada Oktober dan November mengalami penurunan atau minus. Indikator ini memberikan sinyal pergerakan ekonomi ke depan yang muram.
Datanesia memetakan dampak berlipat dari krisis pangan dan krisis energi di tiga ekonomi besar: Amerika Serikat, kawasan Eropa dan Cina yang memicu serangkaian kondisi menuju perlambatan l ekonomi global, serta dampak seperti apa yang kini mulai dirasakan di Indonesia.
Inflasi di Amerika Serikat mencapai puncaknya yaitu 9,1% pada Juni 2022. Untuk menurunkannya, bank sentral Amerika Serikat, The Fed menaikkan suku bunga Federal Fund Rate (FFR). Suku bunga The Fed pada November 2022 mencapai 3,75%, tertinggi pasca krisis keuangan global 2008.
Sementara di kawasan Eropa, inflasi pada Oktoer 2022 mencapai 10,6%. Krisis energi yang masih berlanjut, perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir dan pengetatan kebijakan moneter masih menjadi beban prospek ekonomi kawasan Benua Biru.
Inflasi dan suku bunga acuan Bank of China terbilang stabil. Per Oktober 2022, inflasi hanya 0,6% sementara suku bunga acuan stabil di 2%. Akan tetapi melemahnya ekonomi negara tersebut tak kujung berakhir karena pemerintah masih menerapkan kebijakan zero covid. Selain itu, krisis properti yang diawali dari krisis likuiditas grup Evergrande juga membuat sektor properti Cina kurang bergairah.
Untuk meredam inflasi, sepanjang tahun ini Bank Indonesia telah empat kali menaikkan suku bunga. Pada November suku bunga ada di 5,25%, sementara inflasi ditahan pada level 5,7%. Meski perlambatan dari sektor perdagangan belum tampak dampaknya, namun di sektor keuangan imbasnya telah terasa.