Yang Kosong di Pasar Internasional

JAKARTA – Rusia dan Ukraina memang bukan penanam modal utama di Indonesia. Masih masuk kategori nol koma. Pada 2021 misalnya, masing-masing hanya menanamkan modal US$23,2 juta (0,07%) dan US$1,6 juta (0,01%) dari total investasi langsung asing Indonesia yang sebesar US$31,1 miliar. Demikian halnya dengan intensitas perdagangan. Pada 2020, kontribusi produk yang datang dari Rusia hanya 0,4% dari total impor Indonesia. Begitu pun halnya dengan Ukraina, yang porsinya masih 1,04%.

Namun untuk pasar internasional, kontribusi Rusia dan Ukraina pada 2020 mencapai US$436 miliar atau setara Rp6.000 triliun dengan kurs Rp14.000/dolar AS. Kini, di saat kedua negara sibuk berperang, ada potensi kekosongan di pasar yang selama ini mengandalkan pasokan dari Rusia dan Ukraina.

 

Peluang dari Ukraina: Konduktor Listrik

Komoditas konduktor listrik terisolasi (insulated electric conductors – HS 854430) merupakan satu dari sepuluh komoditas ekspor andalan Ukraina. Nilainya pada 2020 mencapai US$2,5 miliar (2,51%).

Indonesia memiliki peluang mengisi pasar yang mungkin sedang mengalami gangguan. Kapasitas yang dimiliki Indonesia untuk mengekspor komoditas tersebut mencapai US$830,7 juta. Adapun negara tujuan utama ekspor konduktor listrik terisolasi Ukraina, antara lain Jerman mencapai US$570,3 juta (23%), Polandia sebesar US$549,2 juta (22,2%) dan Romania sebesar US$369,7 juta (14,9%).

 

Peluang dari Rusia: Logam Emas

Indonesia juga bisa membuka keran ekspor untuk logam emas (metals; gold, non-monetary – HS 710812) dan batu bara (bitumen – HS 270112). Keduanya termasuk komoditas ekspor utama Rusia yang masing-masing mencapai US$18,5 miliar (5,5%) dan US$10,7 miliar (3,2%) dari total ekspor Rusia yang sebesar US$337,1 miliar pada tahun 2020. Kapasitas ekspor Indonesia cukup mumpuni untuk kedua komoditas itu, yakni mencapai US$5,5 miliar untuk logam emas dan US$3,8 miliar untuk batu bara.

Negara tujuan utama ekspor logam emas Rusia pada 2020, antara lain Inggris mencapai US$16,9 miliar (91,4%), disusul Swiss senilai US$625,9 juta (3,4%) dan Kazakhstan US$429,3 juta(2,3%). Sementara negara tujuan utama ekspor batu bara Rusia pada tahun tersebut, antara lain China senilai US$1,5 miliar (14%), Korea Selatan US$1,4 miliar (12,9%) dan Jepang US$1,3 miliar (12,3%).

Sulit untuk dibantah bahwa perang adalah tragedi kemanusiaan. Nyawa manusia jadi pertaruhan, termasuk penduduk yang ingin hidup damai. Namun di tengah situasi yang tak bersahabat itu, terselip sejumput peluang di bidang perdagangan. Tentu bukan bermaksud “menikmati” peristiwa yang tak seharusnya terjadi itu.

Download Edisi White Paper

Selera Investasi Rusia & Ukraina di Indonesia

Artikel sebelumnya

10 Provinsi Ditopang Investasi

Artikel selanjutnya

Baca Juga