JAKARTA – Tahun 2023 penduduk dunia tembus mencapai delapan miliar orang. Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, tetapi pertumbuhannya lambat dan masih berada di bawah satu persen sejak 2021.
Beberapa negara mengalami angka kelahiran yang rendah. Problem populasi yang menyusut terjadi pada sejumlah negara, seperti Cina, Korea Selatan, Jepang dan beberapa negara Eropa. Negara-negara itu menghadapi masalah kekurangan penduduk usia muda karena rendahnya tingkat kelahiran. Di saat yang sama, populasi tambah menua karena angka harapan hidup semakin membaik.
Cina yang selama ini menjadi negara berpenduduk terbesar dunia digantikan oleh India sejak 2022. Meski pergeseran penduduk terbesar itu terjadi ketika COVID, pertumbuhan penduduk Cina sudah melambat sejak diterapkannya kebijakan satu anak pada 1980-an. Cina membolehkan pasangan suami istri memiliki dua anak pada 2015 dan tiga anak pada 2021.
Penyusutan penduduk tak hanya terjadi di negara maju. Peperangan membuat penduduk menyusut dengan cepat. Misalnya Ukraina yang disebut-sebut kehilangan satu generasi dalam satu dekade terakhir akibat invasi Rusia. Pada 2022, pertumbuhan penduduk Ukraina -14,3 persen dan tahun berikutnya -2,7 persen.
Negara lain yang pertumbuhannya negatif di antaranya Libanon, Moldova, Kurasao, Albania, Makedonia Utara, Samoa Timur, Bosnia – Herzegovina, Serbia, dan Kosovo.
Indonesia memiliki jumlah penduduk 283,5 juta jiwa pada 2024. Indonesia menempati peringkat keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia berupaya menekan angka kelahiran melalui program keluarga berencana (KB) yang dicanangkan sejak 1970 dan terus dikampanyekan sampai sekarang.
Sensus Penduduk 1971 mencatat total fertility rate (TFR) Indonesia mencapai 5,61. Artinya, seorang perempuan bisa melahirkan 5-6 anak selama masa reproduksinya. Pada tahun 2022, angka kelahiran di Indonesia sebesar 2,18 kelahiran per perempuan.
Penduduk Indonesia didominasi usia produktif (15-64 tahun) yang mencapai 70,72 persen. Jumlah itu jauh melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) 23,33 persen, dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) 5,95 persen. Komposisi inilah yang disebut sebagai bonus demografi.
Beberapa negara, seperti Korea Selatan dan Jepang telah melewati dan memanfaatkan bonus demografi. Negara-negara itu memanfaatkan bonus demografi dengan meningkatkan investasi bidang pendidikan dan kesehatan, memperluas partisipasi kerja, mengantisipasi sejak dini penuaan populasi, dan mengupayakan pemerataan persebaran penduduk.
Indonesia berpeluang dapat memanfaatkan bonus demografi, meskipun banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Presiden Prabowo menghadapi beragam persoalan seperti banyaknya pengangguran, kualitas sumber daya manusia, dan kesehatan. (Baca juga: PR Prabowo).