Timbul Tenggelam Hilirisasi

JAKARTA – Hilirisasi industri bukan hasrat baru dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Konsep ini telah dirintis sejak lahirnya Undang- Undang Minerba Nomor 4 tahun 2009, meskipun kata “hilirisasi” itu sendiri baru tercantum dalam peraturan bea keluar yang dilansir pada 2011.

Semakin lama hilirisasi tertunda, semakin lama pula ekspor Indonesia bergantung pada komoditas dengan nilai rendah. Menyusul larangan ekspor nikel mentah, pemerintah kini melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Adapun bijih tembaga memperoleh relaksasi hingga pertengahan tahun depan.

Tanda-tanda terjadinya deindustrialisasi di Indonesia kian nyata. Kondisi itu, terutama ditandai oleh menurunnya peran industri manufaktur atau pengolahan terhadap perekonomian. Pada kasus Indonesia, harapan terhadap kinerja industri pengolahan tersebut nyaris pupus, mengingat kinerjanya makin loyo.

Pertumbuhan dan kontribusi industri pengolahan di indonesia

Pertumbuhan dan kontribusi industri pengolahan di indonesia

Dalam catatan BPS, pertumbuhan sektor pengolahan umumnya lebih tinggi dari PDB. Namun kejayaan tersebut terhenti sampai 2004. Ketika itu, sektor pengolahan masih tumbuh 6,4%, sementara PDB Indonesia 5,0%. Setahun setelah itu hingga 2022, kinerja sektor yang banyak mempekerjakan karyawan dan memberikan nilai tambah produksi itu makin layu. Pertumbuhannya selalu lebih rendah dari PDB, kecuali pada 2011 yang hanya lebih tinggi 0,1%.

Dalam tiga dekade terakhir, komoditas bahan bakar mineral masih menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Namun kontribusinya terus menciut. Jika pada periode 1990-1995 masih 31,3% terhadap total ekspor, masa 2016-2020 tersisa 20,2%.

Ekspor bijih logam, terak dan abu yang selalu menjadi 10 besar komoditas ekspor sepanjang 1990-2015, terdepak dalam periode 2015-2020. Termasuk di dalam ekspor bijih logam, terak dan abu adalah bijih besi, bijih nikel, dan bijih bauksit.

Termasuk di dalam bijih logam adalah mineral mentah. Sehingga terdepaknya bijih logam sebenarnya merupakan tanda menyusutnya ekspor mineral mentah. Sementara logam mulia dan perhiasan/permata serta besi dan baja (keduanya menjadi komoditas baru yang masuk 10 besar ekspor) merupakan hasil olahan dari mineral mentah, yang menunjukkan ada kemajuan dalam hilirisasi industri.

Download Report – Timbul Tenggelam Hilirisasi

Ketika Bank-Bank Sentral Memborong Emas

Artikel sebelumnya

Pulau Jawa yang Miring ke Utara

Artikel selanjutnya

Baca Juga