Temuan Mengejutkan di Balik Angka IPM Indonesia 2025

JAKARTA – Kabar baik datang dari potret pembangunan manusia Indonesia. Pada tahun 2025, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berhasil mencapai angka 75,90, meningkat sebesar 0,88 poin dari tahun sebelumnya—sebuah lompatan yang patut diapresiasi. Namun, di balik angka nasional yang menggembirakan ini, tersimpan sejumlah fakta menarik yang mengungkapkan gambaran pembangunan yang jauh lebih kompleks dan berlapis di seluruh nusantara.

Tren Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia selama enam tahun terakhir, meningkat dari 72,81 pada 2020 menjadi 75,90 pada 2025. (Sumber: BPS)

 

Dua Wajah Indonesia: Kesenjangan Antara Provinsi Tertinggi dan Terendah Sangat Jauh

Data IPM 2025 menyoroti adanya kesenjangan pembangunan manusia yang ekstrem di dalam negeri. Di satu sisi, DKI Jakarta memimpin dengan IPM tertinggi mencapai 85,05, yang mengklasifikasikannya dalam kategori “sangat tinggi”. Di sisi lain, Provinsi Papua Pegunungan mencatatkan IPM terendah dengan skor 54,91, yang masih berada dalam kategori “rendah”.

Kesenjangan Pembangunan: IPM Tertinggi dan Terendah – DKI Jakarta memimpin dengan IPM 85,05, sementara Papua Pegunungan tertinggal jauh dengan IPM 54,91—sebuah perbedaan lebih dari 30 poin yang mencerminkan dua realitas pembangunan berbeda dalam satu negara. (Sumber: BPS)

Perbedaan ini menjadi lebih tajam ketika kita melihat distribusinya: DKI Jakarta adalah satu dari hanya tiga provinsi yang berhasil masuk kategori “sangat tinggi”, sementara Papua Pegunungan berdiri sendiri sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang masih berada di kategori “rendah”. Perbedaan skor yang mencapai lebih dari 30 poin ini seolah menggambarkan dua realitas pembangunan yang sangat berbeda yang berjalan secara bersamaan di dalam satu negara.

 

Harapan vs. Realita: Rata-rata Orang Dewasa Indonesia Hanya Lulusan SMP

Ada temuan yang kontras di sektor pendidikan. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) pada tahun 2025 adalah 13,30 tahun. Ini berarti, seorang anak Indonesia yang berusia 7 tahun saat ini memiliki harapan untuk mengenyam pendidikan hingga jenjang Diploma 1 (D1).

Kontradiksi Pendidikan: Harapan versus Realitas – Harapan Lama Sekolah terus meningkat mencapai 13,30 tahun (setara dengan Diploma 1), namun Rata-rata Lama Sekolah penduduk berusia 25+ tahun baru mencapai 9,07 tahun (setara dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama). (Sumber: BPS)

Namun, harapan ini berhadapan dengan realita yang berbeda. Data Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk penduduk berusia 25 tahun ke atas hanya mencapai 9,07 tahun—setara dengan tingkat pendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 9. Menariknya, data menunjukkan bahwa Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tumbuh lebih cepat (peningkatan 0,22 tahun) dibandingkan Harapan Lama Sekolah (HLS) (peningkatan 0,09 tahun). Ini bisa menjadi sinyal bahwa meskipun harapan generasi mendatang sedikit melambat, populasi dewasa saat ini sedang mengakselerasi tingkat pendidikannya untuk mengejar ketertinggalan.

 

Kabar Baik dari Daerah: Dua Provinsi Berhasil Naik Status Pembangunan

Meskipun kesenjangan masih menjadi tantangan utama, bukan berarti tidak ada kemajuan signifikan di daerah. Pada tahun 2025, dua provinsi berhasil meningkatkan status pembangunannya. Provinsi Kepulauan Riau secara mengesankan berhasil naik status dari “tinggi” menjadi “sangat tinggi” dengan capaian IPM sebesar 80,53. Selain itu, Provinsi Papua Barat Daya juga menunjukkan kemajuan signifikan dengan meningkatkan statusnya dari “sedang” menjadi “tinggi” setelah mencapai IPM 70,55.

Distribusi Status Pembangunan Manusia Provinsi – Perkembangan Indikator Penyusun IPM 2020-2025 – Hanya tiga provinsi yang mencapai kategori “Sangat Tinggi”, empat provinsi dalam kategori “Sedang”, dan satu provinsi dalam kategori “Rendah”, mencerminkan tantangan ketimpangan pembangunan di Indonesia. (Sumber: BPS)

Promosi Kepulauan Riau ke level “sangat tinggi” menjadikan total provinsi dalam kategori puncak ini menjadi tiga, bergabung dengan DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta. Sementara itu, naiknya status Papua Barat Daya menambah jumlah provinsi berstatus “tinggi” menjadi 30 provinsi. Ini mengindikasikan bahwa motor penggerak pembangunan mulai menyebar dan tidak hanya terpusat.

 

Kita Hidup Lebih Lama: Angka Harapan Hidup Tembus 74 Tahun

Salah satu pilar utama pembangunan manusia adalah kesehatan, dan indikatornya menunjukkan perbaikan yang konsisten. Pada tahun 2025, Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir di Indonesia telah mencapai 74,47 tahun. Angka ini merupakan peningkatan sebesar 0,32 tahun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan angka harapan hidup ini menjadi cerminan penting dari adanya perbaikan kualitas kesehatan, akses layanan medis, dan gizi yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia secara umum.

Perkembangan Indikator Penyusun IPM 2020-2025 – Umur Harapan Hidup meningkat dari 73,37 tahun menjadi 74,47 tahun, Harapan Lama Sekolah dari 12,98 menjadi 13,30 tahun, Rata-rata Lama Sekolah dari 8,48 menjadi 9,07 tahun, dan pengeluaran riil per kapita dari Rp11,013 juta menjadi Rp12,802 juta per tahun. (Sumber: BPS)

 

Refleksi dan Pertanyaan

Pembangunan manusia di Indonesia terus bergerak maju, yang secara jelas ditandai oleh kenaikan IPM nasional menjadi 75,90. Namun, data ini juga mengingatkan kita bahwa kemajuan tersebut tidak berjalan seragam dan masih menyisakan pekerjaan rumah yang besar, terutama terkait kesenjangan antarwilayah yang mengancam kohesi sosial dan fondasi pembangunan berkelanjutan. Melihat data ini, langkah konkret apa yang menurut Anda paling mendesak untuk memastikan setiap sudut Indonesia dapat merasakan buah pembangunan yang merata?

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Lampui Jawa

Artikel sebelumnya

Baca Juga