Ketika perekonomian Papua melesat jauh pada 2021, bahkan tertinggi kedua dari 34 provinsi, kondisi Papua Barat masih memprihatinkan. Ada apa?
Ringkasan Eksekutif
- Papua Barat termasuk satu di antara dua provinsi yang perekonomiannya masih terkontraksi pada 2021. Salah satu penyebabnya, sektor usaha penopang “Provinsi Konservasi” itu, yakni kinerja industri pengolahan masih menyusut. Kondisi Papua Barat jauh berbeda dengan Provinsi Papua yang ekonominya justru tumbuh tertinggi kedua di antara 34 provinsi di Indonesia. Penopang utamanya adalah sektor pertambangan dan penggalian.
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua Barat lebih tinggi dari Papua. Aspek pendidikannya juga lebih baik. Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah di Papua Barat mencapai 13,1 tahun dan 7,7 tahun pada 2021, berbanding dengan 11,1 tahun dan 6,8 tahun untuk Papua. Umur harapan hidup masyarakat Papua Barat juga sedikit lebih panjang, yakni 66,1 tahun, berbanding dengan 65,9 tahun di Papua.
- Keunggulan indikator sosial Papua Barat tampaknya belum mampu menarik minat para penanam modal, sehingga ikut menghambat perkembangan kinerja ekonominya. Pada 2021 misalnya, dari total investasi asing yang masuk ke wilayah Papua, hanya 2% tertanam di Provinsi Papua Barat, sementara sisanya masuk ke Provinsi Papua. Sedangkan untuk pemodal domestik, dari Rp1,5 triliun yang masuk ke wilayah Papua, hanya 41,1% yang tertanam di Papua Barat, sementara 58,9% sisanya diinvestasikan di Provinsi Papua.
- Papua Barat memiliki sejumlah sektor unggulan, antara lain industri pengolahan, pertanian, konstruksi dan perdagangan. Sepanjang periode 2011-2021, rata-rata kontribusi empat sektor tersebut terhadap perekonomian provinsi mencapai 58,9% per tahun. Karena itu menjadi penting untuk mengarahkan investasi ke sektor-sektor potensial tersebut, karena daya ungkitnya yang tinggi.