JAKARTA – Sejak Rusia memulai invasinya ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Dunia internasional mengecam Rusia. Sanksi bagi negara tersebut mulai dijatuhkan, termasuk sanksi ekonomi. Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru dan Singapura termasuk dalam barisan pemberi sanksi kepada Rusia atas tragedi kemanusiaan yang dimulainya.
Rupa sanksi tersebut, antara lain memutus akses bank utama Rusia ke SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication). Ini merupakan layanan yang memungkinkan bank di seluruh negara berpartisipasi menyelesaikan pembayaran komersial, keuangan dan valuta asing. Kali ini, bank di Rusia tidak dapat lagi menggunakan jaringan tersebut, termasuk untuk bertukar informasi keuangan. Ada juga larangan investasi hingga pembekuan aset, serta penolakan akses ke bandara dan wilayah udara.
Rusia tak tinggal diam atas sanksi yang harus dipikul. Negara itu mengancam bakal memotong pasokan gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1. Tidak hanya itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menandatangani undang-undang yang memerintahkan seluruh eksportir melepas 80% devisanya berupa valuta asing yang diperoleh dari hasil berdagang ditukar dengan rubel, mata uang Rusia yang sedang tertekan.
Di luar kedua negara tersebut, stabilitas ekonomi global terguncang. Larangan impor minyak dan gas dari Rusia menyebabkan krisis energi di Uni Eropa. Harga minyak mentah pada 9 Maret 2022 sudah melambung ke posisi US$133 per barel. Harga komoditas lain, seperti batu bara, ikut terangkat. Semakin panjang perang Rusia dan Ukraina, guncangan stabilitas pasar internasional pun kian lama pulih.
Sektor usaha paling digemari investor asal Rusia di Indonesia adalah perumahan, kawasan industri dan perkantoran. Pada 2021, nilainya mencapai US$20,6 juta atau 88,6% dari total dana yang ditanam untuk beragam sektor usaha di Indonesia. Perhotelan dan restoran termasuk menjadi pilihan investor Rusia untuk mengembangkan usahanya di Indonesia.
Ukraina punya selera yang mirip dengan Rusia. Porsi investasi terbesar dari negara tersebut pada 2021 –di luar sektor jasa lainnya (65,6%)- adalah hotel dan restoran (32,9%). Sektor usaha perumahan, kawasan industri dan perkantoran juga menjadi idaman para penanam modal Ukraina.