JAKARTA – Babel bukan hanya kaya dengan ratusan pulau, tapi juga menyimpang harta karun timah, sehingga menjadi penghasil terbesar di Indonesia. “Booklet Tambang Timah Indonesia 2020” yang diterbitkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, sekitar 91% cadangan timah Indonesia ada di provinsi tersebut.
Menurut dokumen itu, Indonesia memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia setelah China. Pada 2020, akumulasi cadangan terkira dan terbukti untuk logam timah Indonesia mencapai 2,23 juta ton dan bijih timah 2,29 miliar ton. Sebagian besar harta karun ini terpendam di Babel.
Cadangan merupakan “harta” yang telah diketahui ukuran maupun sebaran kuantitas dan kualitasnya. Kalau sumber daya, tentu jumlahnya lebih banyak lagi lantaran ada yang masih bersifat hipotetis maupun rekaan.
Popularitas Babel sebagai wilayah penghasil timah pun sangat populer di dunia. Bahkan timah Indonesia di pasar internasional dikenal dengan merek “Banka Tin”.
Tak ayal, dengan kekayaan yang besar itu, perekonomian Babel sangat bergantung kepada timah. Kondisi ini pun tercermin dari besarnya peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian Babel yang mencapai 20,9%, kontributor terbesar pada 2021.
Jika ditilik lebih rinci, subsektor industri logam dasar mendominasi hampir separuh PDRB sektor industri pengolahan Babel. Porsinya mencapai 46,1%, disusul oleh subsektor makanan dan minuman sebesar 42,7%.
Kondisi tersebut menyebabkan perkembangan sektor industri pengolahan juga sangat dipengaruhioleh timah yang menjadi bahan logam dasar yang digunakan. Demikian pula dengan subsektor pendukungnya, termasuk makanan dan minuman. Pada 2021, subsektor industri logam dasar tumbuh 7,4% (yoy).
Ketergantungan terhadap timah tersebut membuat kinerja ekonomi Babel sangat rentan. Dinamika harga timah di pasar internasional maupun perubahan tingkat permintaannya, menjadi penunjuk arah pergerakan ekonomi provinsi tersebut. Ketika harga dan permintaan timah turun, maka ekonomi Babel pun loyo.