Pengangguran, Ironi di Kantong Manufaktur

JAKARTA – Secara umum, tingkat pengangguran di wilayah yang menjadi kantong manufaktur lebih tinggi dibandingkan provinsi acuannya. Hanya di Kabupaten Kudus dengan tingkat pengangguran terbuka 3,8% dari total angkatan kerja, lebih rendah dari provinsi acuannya, yaitu Jawa Tengah yang 5,9%.

Tingkat pengangguran tertinggi ada di Kabupaten Karawang yang mencapai 11,8%. Bahkan di Jawa Barat yang menjadi provinsi acuan hanya 9,8%. Kemudian diikuti oleh Kota Batam, Kabupaten Purwakarta, Bekasi, dan lainnya.

Untuk partisipasi kerja kaum hawa, yang lebih terbuka peluang untuk berkembang di sektor manufaktur ketimbang pertanian, Kabupaten Kudus menyediakan ruang paling besar dibandingkan sembilan wilayah lainnya. Rasio partisipasi kerja perempuan di Kudus 10% lebih tinggi dari pada wilayah lainnya dalam daftar kantong manufaktur.

Dari total orang yang bekerja pada 2021, tenaga kerja perempuan mencapai 67,9%, jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi di provinsi acuan, yaitu Jawa Tengah yang 57,6%. Ini menunjukkan bahwa banyak perempuan di kota ini mengambil peran juga sebagai pencari nafkah utama (breadwinner) dalam keluarga yang menjadi ciri-ciri dalam masyarakat industri.

Dari “10 Kantong Manufaktur”, rata-rata memiliki upah minimum bagi para pekerja lebih tinggi dibandingkan provinsi acuan. Pekerja di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, memiliki upah minimum tertinggi pada 2021, yakni sekitar Rp4,8 juga per bulan. Upah minimum di Kota Kediri merupakan yang terendah, yaitu Rp2,1 juta.

 

Tingkat Pendidikan, Lama Sekolah, dan Harapan Hidup

Kabupaten Cilacap, Karawang, Purwakarta, Pasuruan tercatat memiliki rasio lulusan perguruan tinggi paling rendah. Empat kabupaten ini juga memiliki indikator rata-rata lama sekolah terendah di antara 10 wilayah dengan angka di bawah 9 tahun. Ini berarti sebagian besar penduduk di empat kabupaten ini merupakan lulusan sekolah dasar.

Sedangkan Kota Bontang menjadi wilayah dalam kantong manufaktur yang memiliki sarjana terbanyak, yaitu 25,8% dari total orang yang bersekolah di wilayah itu. Kemudian diikuti oleh Kota Kediri dan Batam di urutan kedua dan ketiga. Di tiga kota ini, rata-rata lama sekolah warganya ada di kisaran 9-11 tahun.

Angka harapan hidup laki-laki dan perempuan di Kota Cilegon paling rendah dari semua kota dalam daftar wilayah kantong manufaktur dan lebih rendah dari angka harapan hidup di provinsi Banten. Angka harapan hidup laki-laki di Kota Cilegon 65 tahun dan perempuan 69 tahun atau rata-ratanya 67 tahun. Sedangkan di Provinsi Banten rata-rata mencapai 70 tahun.

Warga dengan angka harapan hidup paling tinggi ada di Kabupaten Kudus, yaitu mencapai 77 tahun. Sementara di Jawa Tengah yang menjadi provinsi acuan, hanya 75 tahun. Warga di Kudus dan empat wilayah lainnya, yaitu Kota Kediri, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batam rata-rata memiliki angka harapan hidup lebih lama dibandingkan provinsi acuan.

Untuk lima provinsi lain dalam daftar “10 Kantong Manufaktur”, angka harapan hidup warganya lebih rendah dibandingkan rata-rata di provinsi acuan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka harapan hidup ini bagian dari indikator evaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Download Edisi White Paper

Potret Kesejahteraan di Kantong Manufaktur

Artikel sebelumnya

10 Daerah Pertanian di Indonesia

Artikel selanjutnya

Baca Juga