JAKARTA – Rumah tangga yang belum tinggal di rumah sendiri tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, kecuali provinsi yang baru lahir pada tahun ini. Dari sisi persentase terhadap jumlah rumah tangga, yang terbanyak bermukim di DKI Jakarta.
Mahalnya harga lahan di Jakarta tentu sangat berpengaruh pada nilai jual rumah. Di luar Kepulauan Seribu misalnya, pada umumnya harga tanah termurah di Jakarta sekitar Rp2 juta per meter persegi. Memang ada yang Rp1 juta sesuai nilai jual objek pajak (NJOP) yang diterbitkan melalui Peraturan Gubernur tahun 2020, tapi kawasannya bersebelahan dengan laut seperti di sebagian Kamal Muara.
Pada 2021, sekitar 1,6 juta rumah tangga di Jakarta masih tinggal bukan di rumah milik sendiri. Jumlah itu setara dengan 51,5% dari total rumah tangga yang tinggal di Jakarta. Minimnya ketersediaan lahan di Jakarta juga terlihat dari tingkat kepadatan penduduk. Pada 2021 misalnya, seperti dipublikasikan oleh BPS, setiap satu kilometer persegi lahan di Jakarta didiami oleh 15.978 jiwa.
Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah rumah tangga tinggal bukan di rumah sendiri paling sedikit. Jumlahnya sekitar 999,5 ribu atau 10,1%dari total rumah tangga di wilayah tersebut.
Tingkat kepadatan penduduk di Jawa Tengah memang jauh lebih rendah dibandingkan Jakarta. Pada 2021, setiap kilometer persegi lahan di provinsi itu didiami oleh 1.120 jiwa. Semakin rendah tingkat kepadatan mengindikasikan makin luasnya lahan yang bisa dihuni oleh penduduk, sehingga harganya relatif lebih murah ketimbang di wilayah dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi.
Jika dilihat dari penghasilan, justru rumah tangga yang paling banyak belum tinggal di rumah milik sendiri berpenghasilan menengah ke atas. Rumah tangga dengan perkiraan penghasilan bulanan sekitar Rp4,5-11,6 juta atau yang berada di desil 7-10.
Pada kelompok masyarakat tersebut, sekitar 19,0-24,2% warganya tidak tinggal di rumah sendiri. Dalilnya bisa bermacam-macam: dari hobi sewa, masih tinggal di rumah keluarga besar, atau belum ketemu yang sesuai selera.