JAKARTA – Kredit perbankan per Desember 2023 tumbuh 10,4% secara tahunan (year on year/yoy). Ini kabar baik, mengingat sembilan bulan sebelumnya, Maret-November 2023, hanya tumbuh 1 digit alias di bawah 10%. Hingga penutup tahun itu, total kredit yang sudah mengucur (outstanding) untuk pihak ketiga bukan bank mencapai Rp7.090 triliun, dari Rp6.424 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Gairah penyaluran kredit terlihat konsisten sejak April 2022 yang tumbuh 9,1% (yoy). Besaran angka pertumbuhan itu bertahan hingga 20 bulan berikutnya, kecuali April, Juni dan Juli 2023 yang sempat melambat di bawah 9%. Tapi secara umum, sudah relatif stabil untuk menjadikan musim pandemi sebatas kenangan.
Kucuran kredit yang mengalir makin deras memberikan sinyal penting bahwa kegiatan produksi terus meningkat. Menggeliatnya aktivitas produksi juga ditunjukkan dengan kembalinya pertumbuhan kredit untuk modal kerja dengan besaran dua digit pada April 2022, setelah 34 bulan sebelumnya hanya naik satu digit. Bahkan ada masanya minus.
Terakhir kali kredit modal kerja ini tumbuh dua digit, yaitu pada Mei 2019 yang sebesar 9,2% dari bulan sebelumnya yang 10,2% (yoy). Setelah itu, baru kembali tumbuh dua digit mulai April 2022, yakni 11,7%. Sepanjang hayat, kredit modal kerja ini menjadi kontributor terbesar bagi total penyaluran pinjaman oleh bank kepada pihak ketiga non bank.
Pertumbuhan aliran kredit yang mengucur ke NTB merupakan yang tertinggi dibandingkan provinsi lain. Pada 2023, total pinjaman bank yang dialamatkan ke NTB tumbuh 15,6% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy), sehingga outstanding kredit di wilayah itu mencapai Rp63 triliun. Memang tak seberapa dibandingkan total outstanding kredit perbankan ke pihak ketiga bukan bank yang mencapai Rp7.090 triliun pada 2023. Hanya sekitar 0,88%.
Penyerap kredit terbanyak mudah ditebak: DKI Jakarta. Separuh dari total pinjaman yang disalurkan oleh perbankan terserap di wilayah tersebut, walaupun dari sisi besaran pertumbuhan ada di urutan kelima, yakni 13,1%, Urutan kedua hingga keempat provinsi dengan pertumbuhan kredit tertinggi adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Porsi kredit terbesar di NTB mengalir untuk kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya yang mencapai Rp15 triliun atau 23,9% dari total kredit, yakni Rp63 triliun pada 2023. Porsi kedua terbesar jatah sektor perdagangan besar dan eceran senilai Rp12 triliun (19,2%), kemudian pertambangan dan penggalian Rp11,4 triliun (18,2%).
Walaupun terkenal sebagai wilayah yang menampung kegiatan pertambangan, khususnya batu bara, tapi kredit yang mengucur ke Kalimantan Timur justru didominasi oleh kebutuhan belanja peralatan rumah tangga lainnya. Pada 2023, total outstanding kredit di sektor tersebut mencapai Rp22,5 triliun atau 22,4% dari total kredit bank yang disalurkan untuk pihak ketiga non bank.
Secara keseluruhan, outstanding kredit perbankan di Kalimantan Selatan pada Desember 2023 mencapai Rp64,7 triliun. Naik 13,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara sektoral, pertumbuhan tertinggi ada di sektor sektor pertambangan dan penggalian sebesar 38,0%. Sektor ini menyerap pembiayaan sebesar Rp2 triliun.
Hingga Desember 2023, total outstanding kredit yang mengalir ke Sulawesi Selatan mencapai Rp154,7 triliun. Hampir seperempat dari kredit tersebut mengucur untuk perdagangan besar dan eceran, yaitu Rp38,5 triliun. Porsi terbesar kredit tersebut juga dikucurkan untuk kredit kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya sebesar Rp26,8 triliun dan pemilikan rumah tinggal sebesar Rp22,4 triliun.
Pada Desember 2023, total outstanding kredit perbankan yang mengalir ke pihak ketiga bukan bank mencapai Rp7.090 triliun. Nyaris separuhnya, yakni 49,9% atau Rp3.541 triliun diserap oleh DKI Jakarta, dan sisanya ke 37 provinsi lain. Dari jumlah itu, 19,15% atau Rp678 triliun mengalir untuk industri pengolahan.
Download Report – Menelusuri Aliran Kredit Perbankan