JAKARTA – Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa jasa transportasi barang merupakan salah satu komponen penyumbang terbesar bagi defisitnya neraca jasa Indonesia. Dalam 11 tahun terakhir, rata-rata kontribusi defisit jasa transportasi barang terhadap total defisit neraca jasa Indonesia adalah sekitar 68%.
Pada 2021, defisit di sektor tersebut mencapai US$6,2 miliar: total ekspornya sekitar US$2,6 miliar dan impor US$8,8 miliar.
Mengacu pada Extended Balance of Payments Services Classification (EBOPS 2010) yang dikeluarkan United Nations Statistics Division (UNSTAT), komponen yang masuk dalam jasa transportasi barang menyangkut jasa layanan transportasi barang yang melintasi batas suatu negara. Dalam hal ini, jasa transportasi barang dihitung berdasarkan jasa angkutan barang untuk kegiatan ekspor dan impor, yang keluar masuk dari suatu negara.
Jasa transportasi disebut ekspor jika jasa layanan transportasi untuk pengangkutan barang ekspor/ impor Indonesia dilakukan oleh perusahaan domestik. Sebaliknya, jasa transportasi barang akan dinyatakan impor jika layanan pengangkutan barang ekspor/impor dilakukan oleh perusahaan asing.
Banyaknya komponen impor dalam neraca jasa transportasi barang menunjukkan bahwa pengangkutan barang ekspor/impor Indonesia lebih banyak menggunakan alat angkutan milik asing. Mengacu pada data publikasi BPS selama periode 2017-2020, sekitar 97,4% ekspor Indonesia dilakukan melalui transportasi laut. Dalam hal ini, kontribusi terbesar dari neraca transportasi barang di Indonesia adalah karena minimnya kapal angkutan barang ekspor/impor yang dimiliki Indonesia.
Kenyataan ini seiring dengan data yang disampaikan oleh Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha, pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang wacana Indonesian Shipping Enterprises Alliance pada September 2021. Untuk mengangkut barang ekspor dan impor, Indonesia masih bergantung pada kapal asing, lebih dari 80% ekspor Indonesia diangkut oleh kapal asing.
Informasi tersebut mengungkap betapa bolongnya pemain nasional pada sektor transportasi barang di laut, sehingga akan terus menekan neraca jasa Indonesia. Pada lain sisi, kenyataan pahit itu merupakan peluang investasi yang menanti para pemodal.