Selama hampir tiga dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Banjarmasin bergerak dinamis. Meski pertumbuhan ekonomi kota cenderung dinamis dan hampir selalu ada di atas rata-rata provinsi dan nasional, tetapi ekonomi kota tidak pernah benar-benar melesat.
Banjarmasin menjadi satu-satunya kota kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Sehingga, sebenarnya ada banyak peluang untuk mendorong sektor-sektor yang menjanjikan untuk berkembang dan mengungkit pertumbuhan ekonomi kota.
Konsumsi rumah tangga menjadi penopang ekonomi Banjarmasin, dilanjutkan dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi. Namun neraca perdagangan kota ini defisit, ditandai dengan net ekspor barang dan jasa yang -1,5% atau minus Rp510 miliar. Ini menandakan lebih banyak barang dan jasa yang masuk kota ini ketimbang yang keluar dari kota ini.
Sepanjang 2012-2021, industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi serta perdagangan menjadi tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar (42,9%) pada PDRB sektoral. Sementara sektor pengadaan listrik dan gas, jasa kesehatan serta sektor informasi dan komunikasi menjadi sektor yang pertumbuhannya paling baik dalam sepuluh tahun terakhir.
Analisis Datanesia menemukan bahwa Banjarmasin memiliki 14 sektor basis yang potensial mendorong pertumbuhan ekonomi kota. Tiga sektor yang menjadi kontributor PDRB terbesar: industri pengolahan, jasa keuangan
dan asuransi serta perdagangan termasuk dalam sektor basis.
Namun, potensi 14 sektor basis ini dibayangi dengan tingginya sektor-sektor yang tidak kompetitif. Dari 14 sektor basis, hanya tujuh sektor yang termasuk kompetitif. Sektor transportasi dan pergudangan termasuk salah satu dari tujuh sektor basis yang kompetitif.
Sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi memperoleh investasi sebesar US$235 juta dan Rp962 miliar dalam sepuluh tahun terakhir. Sektor ini meraup investasi terbesar selama 2012- 2021. Penanam modal di Banjarmasin lebih suka berinvestasi di sektor tersier.
Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Banjarmasin cenderung mengalami penyusutan. Kecenderungan ini bertolak belakangan dengan tren sebagian besar UMKM di Kalimantan Selatan pada 2016-2018, yang meski dinamis, tetap menunjukkan pertumbuhan positif.
Sebanyak 68,5% penduduk di Banjarmasin merupakan angkatan kerja. Rasio ketergantungan juga rendah, hanya 46%. Sehingga Banjarmasin bisa disebut memiliki modal jumlah angkatan kerja yang besar.
Kondisi ekonomi penduduk Banjarmasin pada 2021 terbilang sejahtera. Semua indikator kesejahteraan kota ini lebih baik dari rata-rata provinsi. Namun rapor sosial Banjarmasin tidak secemerlang rapor ekonominya. Tingkat kemiskinan Banjarmasin sebesar 4,9% lebih tinggi rata-rata kabupaten/kota di provinsi acuannya yang mencapai 4,6%. Tingkat pengangguran terbuka Banjarmasin (8,5%) juga lebih tinggi dari Kalimantan Selatan (4,9%)