JAKARTA – Selera investor asing terhadap pasar surat utang Indonesia belakangan ini tampak mendingin. Lesunya gairah pemodal asing, jika tak segera diatasi, dapat membebani neraca pembayaran sekaligus menekan nilai tukar rupiah.
Data Kementerian Keuangan mencatat, dalam tiga bulan terakhir, kepemilikan investor asing dalam Surat Berharga Negara (SBN)-domestik melorot Rp 90,57 triliun, dari Rp 879,70 triliun menjadi Rp 789,13 triliun. Dengan penurunan itu, porsi modal asing pada pasar SBN-domestik merosot dari 22,29% di awal Maret 2022, menjadi hanya 16,47% pada 24 Mei 2022.
Penarikan modal asing dari pasar SBN terutama didorong oleh kenaikan suku bunga dollar. Dalam dua sidang berturut-turut, The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan, masing-masing 25 basis poin pada pertengahan Maret, dan 50 basis poin pada awal Mei.
Kenaikan ini membuat imbal hasil (yield) surat utang AS menjadi lebih menarik, dan mendorong modal asing yang semula gentayangan di pasar negara-negara berkembang, ramai-ramai “pulang kampung”.
Sebenarnya, gairah investor asing terhadap surat utang Indonesia sudah mulai lesu sejak awal pandemi. Pada awal Januari 2020, kepemilikan asing pada SBN-domestik masih Rp 1.077 triliun atau 39% dari total SBN-domestik yang diperdagangkan. Namun, sejak WHO mengumumkan status pandemi pada Maret 2020, porsi asing ini terus melorot.
Bagi emerging market seperti Indonesia, investasi asing –baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio seperti dalam SBN– merupakan salah satu sumber devisa yang penting. Selain memperkuat nilai tukar rupiah, masuknya investasi asing dinilai dapat menambal kebutuhan kapital, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Boyongan investasi asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, diperkirakan bakal semakin kencang. The Fed telah memberi aba-aba untuk kembali menyesuaikan suku bunga secara bertahap, sebagai ikhtiar untuk mengendalikan inflasi. Sejumlah spekulasi di pasar keuangan menyebut, suku bunga acuan dollar akan naik hingga 300 basis poin, pada akhir 2022 atau awal 2023.
Mudiknya modal asing dapat dihambat dengan meningkatkan daya tarik investasi di Indonesia. Misalnya, dengan menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia, atau menawarkan SBN dengan yield yang memikat. Namun, dua jurus ini akan diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi lain yang tidak mudah.