Ringkasan Eksekutif
Indonesia diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan penduduk. Pada 2045, tepat saat Republik Indonesia berusia 100 tahun, jumlah penduduk diperkirakan mencapai 318,96 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang besar itu sesungguhnya adalah kekuatan, apalagi penduduk berusia produktif (15-64 tahun) lebih banyak ketimbang penduduk usia tidak produktif. Mereka potensial menjadi faktor pendorong produksi yang menggerakkan ekonomi. Di sisi lain, populasi yang besar juga merupakan potensi pasar. Apalagi jika melihat saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih ditopang dari sektor konsumsi rumah tangga.
Hasil analisis Datanesia menunjukkan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi selama 2010-2020 di 33 provinsi (Kalimantan Utara baru mengalami pemekaran pada 2012) terbagi menjadi empat kuadran: Provinsi dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi tinggi; Provinsi dengan pertumbuhan penduduk tinggi, tapi ekonomi rendah; Provinsi dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi rendah; dan Provinsi dengan pertumbuhan penduduk rendah, namun ekonomi tinggi.
Kondisi sosial di provinsi dalam Kuadran I mengkhawatirkan. Tingkat kemiskinan Maret 2022 misalnya, dari enam provinsi dalam Kuadran I, hanya dua provinsi: Kalimantan Tengah dan Maluku Utara yang tingkat kemiskinannya di bawah rata-rata nasional yang 9,5%.
Pertumbuhan ekonomi di enam provinsi dalam Kuadran I ada di atas rata-rata nasional. Kecuali Provinsi Maluku, tingkat pengangguran terbukanya pada Februari 2022 lebih rendah dibandingkan kondisi di tingkat nasional. Ada isyarat bahwa tingkat kesejahteraan yang kurang merata di wilayah-wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi tersebut: orang bekerja banyak, tapi kemiskinan tinggi.
Riau menjadi provinsi paling unggul, karena seluruh indikator sosial di wilayah itu lebih baik dibandingkan rata-rata nasional. Padahal, pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, sepanjang 2010-2020, rata-ratanya hanya 2,3% per tahun, sementara nasional 4,9%. Perkembangan populasinya juga tidak besar, setiap tahun hanya 1,4%.
Menariknya lagi, lahan per kapita di Riau merupakan yang terluas di Kuadran III. Setiap kilometer persegi hanya didiami oleh 75 orang, sementara rata-rata di tingkat nasional mencapai 142 orang.
Secara umum provinsi di Kuadran III lebih sejahtera ketimbang provinsi Kuadran I. Kalimantan Timur (Kuadran III) menjadi salah satu provinsi yang indikator kesejahteraannya lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sementara semua indikator kesejahteraan di Bengkulu dan Sulawesi Barat (kuadran I) dan Nusa Tenggara Timur (kuadran III) lebih rendah dari rata-rata nasional.
Provinsi di Kuadran I ternyata memiliki rasio ketergantungan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan provinsi dalam Kuadran III. Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan rasio ketergantungan tertinggi, yaitu 55,2%. Sementara Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan tingkat ketergantungan paling rendah yaitu 42,5%.