JAKARTA – Enam bulan sebelum Pemilu, investasi masih menjadi komponen terbesar kedua yang menopang perekonomian Indonesia dengan kontribusi 29,7%. Komponen tersebut juga tumbuh 5,77% dibandingkan dengan kuartal yang sama pada 2022 (yoy). Pertumbuhan investasi bahkan lebih tinggi ketimbang pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sebesar 5,08%.
Pemilu 2004 mungkin bisa menjadi satu-satunya tahun realisasi investasi melesat, dengan tumbuh secara tahunan mencapai 14,7%. Jauh melampaui tahun sebelumnya yang hanya 0,6%. Bahkan pertumbuhan ekonomi pada waktu itu hanya 5,0%.
Pertumbuhan investasi secara konsisten berhenti di atas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak 2019 hingga 2022. Sebelumnya memang berfluktuasi, namun secara umum, pertumbuhan investasi lebih tinggi ketimbang PDB.
Pada Pemilu 2009, kinerja investasi mulai melandai dibandingkan tahun sebelumnya. Asumsi bahwa para investor cenderung menahan realisasi modalnya terbukti. Di tahun ini, investasi hanya tumbuh 3,3%, jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang 11,9% atau menjadi 8,3% di 2010, tahun pertama setelah Pemilu. Kondisi serupa terjadi pada Pemilu 2014 dan 2019.
Sektor industri logam dasar yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, bermetamorfosis menjadi primadona bagi Penanaman Modal Asing (PMA). Setidaknya dalam lima tahun terakhir (2018- 2022) dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Porsinya sekitar 18,2% terhadap total PMA yang mencapai US$162,8 miliar.
Gairah tersebut menyusul kebijakan pemerintah yang menggenjot pembangunan smelter nikel di berbagai wilayah Indonesia. Sepanjang periode itu, nilai investasi asing yang masuk mencapai US$29,6 miliar, jumlah ini naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya (2013-2017) yang sebesar US$12,1 miliar.
Sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi yang sempat menjadi primadona investasi asing, bahkan yang terbesar pada periode 2008-2012 tidak serta merta meredup. Sektor ini menjadi lapangan usaha yang meraih investasi asing terbesar ketiga dalam 10 tahun kemudian. Pada 2018-2022, investasi di sektor tersebut mencapai US$18,6 miliar, tetap lebih tinggi dari periode lima tahun sebelumnya, dengan kontribusi 11,4% terhadap total investasi asing.
Jika para investor asing dalam lima tahun terakhir memilih industri logam dasar jadi incaran investasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau investor lokal lebih memilih sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi untuk membenamkan modalnya. Selama 20 tahun terakhir, sektor ini perlahan-lahan menjadi primadona .
Pada 2018-2022, sektor ini menjadi lapangan usaha terbesar yang meraup modal, yaitu sebanyak Rp356,5 triliun. Kontribusinya terhadap total investasi domestik yang pada periode tersebut sebesar Rp2.128,5 triliun, mencapai 16,7%. Nilai realisasi investasi tersebut tiga kali lipat lebih besar dari periode lima tahun sebelumnya yang Rp111,5 triliun.
Download Report – Investasi di Tahun Politik