Industri Masih Terkonsentrasi di Pulau Jawa

JAKARTA – Secara nasional, sektor manufaktur merupakan bidang usaha paling dominan bagi perekonomian Indonesia. Pada triwulan II-2022 kontribusinya mencapai 17,8% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara pada 2021, secara keseluruhan, kontribusinya 19,3% atau senilai Rp3.267 triliun dengan total tenaga kerja yang terserap sekitar 19 juta orang pada Februari 2022.

Sektor manufaktur mengolah barang secara mekanis, kimia atau dengan tangan menjadi barang jadi atau setengah jadi, sehingga memiliki nilai tambah. Untuk itu, kemajuan sektor manufaktur kerap disebut sebagai jalur utama untuk beralih dari negara berkembang menjadi negara maju. Pola ini banyak diikuti banyak negara yang saat ini tercatat sebagai negara maju.

Dengan segala potensinya, kemajuan industri di sektor manufaktur dapat mendorong PDB serta meningkatkan kualitas dan kesejahteraan penduduk. Ketika kinerja sektor manufaktur tersendat, negara berkembang bisa jalan di tempat, karena nilai tambahnya bisa beralih ke negara lain.

Tentu saja ukuran negara tidak serta-merta sesuai jika dikenakan pada kabupatan/kota. Untuk kasus Indonesia, pengembangan industri terkadang titah dari pemerintah pusat, seperti pembangunan kawasan industri maupun kawasan ekonomi khusus. Karena itu, boleh jadi, pola pengembangan yang terjadi di wilayah tingkat dua tidak secara natural.

Kali ini Datanesia menganalisis 514 kabupaten/kota di Indonesia yang perekonomiannya ditopang oleh sektor manufaktur. Kontribusi sektor usaha tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) paling dominan atau merupakan yang terbesar di antara sektor-sektor lainnya. Datanya diambil dari periode 2010-2020, kemudian dihitung rata-rata porsinya terjadap PDRB per tahun.

Dari 10 kantong manufaktur –daerah dengan PDRB didiminasi sektor manufaktur-, delapan di antaranya berada di Pulau Jawa: Kota Kediri, Kabupaten Kudus, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kota Cilegon dan Kabupaten Pasuruan. Dua lainnya adalah Kota Bontang (Kalimantan Timur) dan Batam (Kepulauan Riau).

Sementara 9 dari 10 wilayah dengan kontribusi manufaktur terkecil pada PDRB, berada di Papua. Sebenarnya daftar ini tidak terlalu mengejutkan bila melihat ketimpangan pembangunan antara Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Tidak atau belum berkembangnya industri manufaktur di Nias Selatan maupun Papua, antara lain terkait dengan kebijakan pemerintah dan adanya infrastruktur.

Download Edisi White Paper

Aliran Modal Belum Mengimbas ke Penyerapan Tenaga Kerja

Artikel sebelumnya

Industri di Bekasi dan Karawang Melesat, Bontang Menyusut

Artikel selanjutnya

Baca Juga