JAKARTA – Data Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) 2022 menyebutkan, rata- rata penduduk Indonesia mengonsumsi sekitar 2,3 kilogram per kapita daging sapi per tahun. Angka itu masih di bawah rata-rata global yang 6,3 kilogram per kapita per tahun. Data OECD ini tidak jauh berbeda dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut rata-rata penduduk Indonesia mengonsumsi 2,5 kilogram daging sapi per kapita per tahun.
Sepanjang 2022, permintaan daging sapi di Indonesia mencapai 695 ribu ton. Tragisnya, yang mampu disediakan dari dalam negeri hanya 59,3% dari kebutuhan. Sisanya, ya terpaksa harus didatangkan dari luar negeri.
Dari 34 provinsi yang tercatat dalam neraca daging sapi Badan Pusat Statistik (BPS), 23 di antaranya mengalami defisit: kebutuhan untuk konsumsinya lebih tinggi ketimbang ketersediaan di provinsi. Di antara provinsi pemasok, yang tertinggi berasal dari Jawa Timur, yaitu sebesar 152,8 ribu ton atau 35,0% dari total pasokan daging sapi nasional. Provinsi ini memang telah lama dikenal sebagai kawasan stok daging sapi nasional. Pada 2022, surplus daging sapi di Jawa Timur juga yang terbesar, yaitu mencapai 19,6 ribu ton.
Provinsi lain yang surplus daging sapi adalah: Aceh, Sumatera Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku. Meski demikian, konsumsi per kapita di provinsi- provinsi tersebut tidak selalu tinggi. Sumatera utara, misalnya. Meski surplus daging sapi, konsumsi daging sapi di provinsi ini merupakan yang paling rendah di Indonesia, yaitu 0,7 kilogram per kapita per tahun.
DKI Jakarta menjadi wilayah dengan konsumsi daging sapi per kapita paling tinggi, yaitu rata-rata 6,1 kilogram per orang setiap tahun. Wilayah ini mengalami defisit daging sapi mencapai 65,1 ribu ton pada 2022.
Selain Jakarta, Nusa Tenggara Barat juga menjadi provinsi dengan konsumsi daging sapi tertinggi, yaitu 4,1 kilogram per kapita per tahun. Lalu ada Jawa Barat (3,3 kilogram dan Jawa Tengah 3,0 kilogram). Banten, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Timur dan Lampung juga merupakan provinsi-provinsi dengan konsumsi daging sapi di atas rata-rata nasional.
Tingginya harga daging sapi di pasar tradisional dalam negeri membuat kegiatan impor “terpelihara” dengan baik. Menurut data Pusat Informasi harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, rata-rata harga daging sapi di pasar tradisional dalam lima tahun terakhir (Mei 2018-Mei 2023) sekitar Rp123 ribu per kilogram. Pada periode yang sama, Bank Dunia mencatat rata-rata harga di pasar internasional hanya Rp73 ribu. Dengan demikian, selisihnya sekitar Rp50 ribu per kilogram.
Bukan Australia, tapi India adalah pemasok daging sapi terbesar ke Indonesia. Setidaknya dalam lima tahun terakhir. Impor sapi dari India mencapai 441 ribu ton sepanjang 2018-2022. Australia di peringkat kedua, dengan kiriman daging sapi 376 ribu ton selama periode yang sama. Berikutnya ada Amerika Serikat, Brasil dan Selandia Baru dengan pasokan 135 juta ton selama lima tahun terakhir.