JAKARTA – Harga komoditas kakao (cokelat) di dunia terus melonjak hampir sepanjang tahun 2024 ini. Namun tidak banyak petani Indonesia yang menikmati kenaikan harga tersebut secara maksimal karena luas lahan tanam kakao di Indonesia semakin sempit.
Dibuka pada angka US$4,4 (Rp69.000) per kilogram pada Januari 2024, harga kakao sempat melejit hingga titik tertinggi US$9,74/kg pada bulan April — tertinggi sepanjang sejarah perdagangan kakao.
Pada September harganya turun menjadi US$6,52/kg tetapi angka tersebut masih lebih tinggi dari puncak harga sebelumnya: US$4,36/kg pada tahun 1977.
Melonjaknya harga kakao terutama disebabkan krisis panen di Ghana dan Pantai Gading, dua negara yang memproduksi 60% kakao dunia. Ada tiga penyebab utama panen buruk di kedua negara tersebut, yaitu;
- Merebaknya penyakit busuk buah kakao (BBK) dan virus tunas bengkak (CSSVD),
- Banyak pohon kakao yang sudah tua, tetapi belum ada putaran penanaman besar sejak awal 2000-an, dan
- Perubahan iklim yang menyebabkan hujan lebat mendera pada Desember 2023 dan kemudian El Nino memicu panas ekstrem di Afrika Barat.
Kelangkaan pasokan tersebut membuat harga kakao naik, seperti yang pernah terjadi pada era 1970-an. Analis memperkirakan volatilitas harga kakao akan terus terjadi sepanjang tahun ini, bahkan hingga awal 2025.
Meski harga melonjak tinggi, tak banyak petani kakao di Indonesia yang menikmatinya. Penyebabnya, luas perkebunan kakao terus menurun. Selama tujuh tahun terakhir luas kebun kakao berkurang 18% dari 1,72 juta hektare pada 2016 menjadi 1,41 juta hektare pada 2023.
Berkurangnya luas kebun kakao tersebut terutama disebabkan oleh alih fungsi lahan. Kerentanan tanaman tersebut terhadap hama dan penyakit, pemeliharaan yang dianggap merepotkan, dan volatilitas harga membuat banyak petani kakao di Indonesia beralih ke jenis tanaman lain, seperti kelapa sawit. Ada juga yang mengalihkan lahannya menjadi permukiman.
Perkebunan kakao Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan luas 887.735 ha, perkebunan milik negara 49.876 ha, dan swasta seluas 54.737 ha.