JAKARTA – Kondisi kantong yang cekak akibat defisit pada neraca anggaran –selisih antara pendapatan dan belanja (pengeluaran)- maupun neraca anggaran menjadikan pinjaman sebagai solusi. Apa boleh buat, sepanjang masih terkontrol dengan baik: kemampuan membayar tidak membebani anggaran.
Jan Gottschalk, Ekonom Senior Dana Moneter Internasional (IMF: International Monetary Fund) mengingatkan agar mewaspadai jebakan utang. Bahasa yang disampaikan dalam paparan bertajuk “Fiscal and Debt Sistainability” (2014) saat lokakarya tentang “Fiscal Analysis and Forecasting” lebih gamblang: potensi terjadinya lingkaran setan utang (lingkaran tak berujung).
Siklusnya kira-kira seperti ini: defisit besar, sehingga harus didanai oleh pinjaman yang menyebabkan posisi utang makin tambun. Akibatnya, makin besar alokasi anggaran untuk membayar bunga utang, dan kemudian mendorong tambahan defisit anggaran. Kondisi ini terus berputar tiada henti, yang diistilahkan sebagai lingkaran setan.
Utang pemerintah yang berlebihan juga berdampak buruk bagi pertumbuhan. Semakin besar jatah pendapatan yang digunakan untuk membayar utang dapat melemahkan kemampuan pemerintah dalam mengimplementasikan rencana pembangunan.
Pandangan Gottschalk memperlihatkan pentingnya peran utang dalam menjaga kesinambungan fiskal. Ini bukan persoalan masih aman dalam hitungan politik, yaitu masih sesuai ketentuan undang-undang, tapi berkenaan dengan potensi jebakan utang yang berdampak buruk bagi kondisi sosial dan ekonomi nasional.