Gairah di Sektor Properti

JAKARTA – Sektor properti yang sempat terkontraksi selama pandemi COVID-19 pada tahun pertama atau 2020, mulai pulih pada tahun berikutnya dan terus melesat. Gairah di sektor ini menghembuskan angin segar pada kinerja perekonomian nasional di tengah lesunya ekonomi global.

Sokongan pemerintah terhadap sektor properti terus mengalir. Bahkan Bank Indonesia (BI) memperpanjang kebijakan uang muka (down payment) nol persen atau Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit atau pembiayaan properti maksimal 100%. Selain itu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan kebijakan golden visa. Warga Negara Asing yang menanamkan modal di Indonesia dengan besaran tertentu bisa dapat izin tinggal 5-10 tahun.

Harga properti terus melambung. Data BI mencatat, selama lima tahun terakhir, grafik indeks harga properti komersial menunjukkan tren pertumbuhan positif. Pada kuartal kedua 2023, indeks harga properti komersial mencapai 103,29 atau tumbuh 0,32% secara tahunan.

Indeks harga properti residensial bahkan tumbuh lebih tinggi. Meski sempat melandai saat pandemi, pertumbuhan tahunan (yoy) indeks harga properti residensial tak pernah kurang dari 1,5% sejak 2022. Pada kuartal kedua 2023, indeks harganya mencapai 107,26 atau tumbuh 1,79% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.

Pasokan di sektor properti tumbuh lebih laju ketimbang permintaan. Perkembangan itu ditunjukkan oleh indeks supply properti komersial yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Sejak kuartal keempat 2017, posisinya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan indeks demand properti komersial. Ini menunjukkan bahwa laju kenaikan pasokan properti komersial lebih cepat ketimbang kenaikan harga.

Pergerakan indeks harga properti komersial bergerak beriringan dengan tingkat permintaan (demand). Pada kuartal kedua 2023 misalnya, indeks permintaan properti komersial sebesar 103,85 dan indeks harga 103,29. Namun, indeks pasokan atau supply hingga mencapai 106,18.

Sejak awal 2019, harga properti komersial sewa cenderung mengalami tren penurunan. Kondisi itu tergambar melalui Indeks Harga Properti Komersial (IHPK) sewa yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Penurunan terbesar indeksnya terjadi pada kuartal keempat 2020, yaitu mencapai 7,2% (yoy), menjadi 91,7. Pada kuartal ketiga 2021, properti sewa mencapai indeks harga terendahnya dalam lima tahun, yaitu 91,2. Namun setelah itu, perlahan-lahan mulai menunjukkan tren pertumbuhan positif.

Indeks harga properti komersial jual justru lebih stabil. Selama lima tahun terakhir terus tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 1,52% atau sebesar 101 pada kuartal terakhir 2018. Pada kuartal kedua 2023, indeks harga properti jual ada di 103,3 tumbuh 0,3% (yoy).

Convention hall atau gedung konvensi merupakan jenis properti dengan indeks harga properti komersial tertinggi dalam lima tahun terakhir. Meski pergerakannya cenderung dinamis, namun tren pertumbuhannya melampaui jenis properti lainnya. Pada kuartal kedua 2023, indeks harga berada di posisi 137,2, yang bermakna masih tumbuh positif.

Pada kuartal kedua 2023, indeks harga properti komersial tumbuh melesat di Denpasar (15,1%, yoy) dan Semarang (2,95%, yoy). Pada kuartal pertama 2022, indeks harga properti komersial di Denpasar sebesar 64,6, terendah dari 11 wilayah yang diukur. Namun pada kuartal berikutnya, indeks harganya telah menjadi 108,3. Semarang menjadi kota dengan indeks harga properti komersial tertinggi pada kuartal kedua 2023, yaitu 125,3.

Selama lima tahun terakhir, indeks harga properti residensial atau tempat tinggal terus tumbuh positif, bahkan tak terpengaruh pandemi COVID-19. Dari tiga kelompok properti residensial, jenis rumah kecil/ sederhana dan rumah menengah yang paling diminati. Indeks harga kedua kelompok properti residensial ini melesat lebih tinggi ketimbang kelompok properti residensial rumah besar.

Bandar Lampung menjadi kota dengan pertumbuhan harga properti residensial tertinggi, yaitu 3,7% (yoy). Setelah Bandar Lampung, kemudian disusul Batam dengan kenaikan 3,6% (yoy). Selanjutnya Yogyakarta.

Dalam 10 tahun terakhir (Juni 2014-Juni 2023), kontribusi sektor konstruksi dan real estat secara kumulatif rata- rata mencapai 13,1%. Kontribusi tertinggi terjadi pada Desember 2019 yang mencapai 14,1%.

Download Report – Gairah di Sektor Properti

Indonesia Darurat Dokter

Artikel sebelumnya

Peluang Industri Pengolahan Ayam di Jawa Tengah

Artikel selanjutnya

Baca Juga