JAKARTA – Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 tahun 2023 memberikan insentif kepada konsumen mobil listrik dan bus listrik berupa pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) mejadi hanya 1%. Sisa 10% akan ditanggung pemerintah (DTP). Insentif ini diharapkan dapat mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Sebelum insentif ini diberikan, mobil listrik telah menjadi daya tarik masyarakat. Setidaknya, hal itu dilihat dari penjualan di tingkat wholesales yang menunjukkan pertumbuhan penjualan 42 kali lipat pada tahun lalu atau menjadi 10.413 unit, dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 254 unit.
Dari tujuh produsen mobil listrik di Indonesia, semuanya menawarkan mobil berjenis 4×2, model mobil yang paling populer di Indonesia. Dari sisi merek, Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq 5 memimpin penjualan sepanjang
dua tahun terakhir. Keduanya mencatatkan penjualan mobil listrik sebanyak 92,4% sepanjang Januari 2021 hingga Februari 2023.
Infrastruktur pendukung industri kendaraan listrik masih kurang. Hingga April 2023, dari 371 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), sebanyak 64,15% berada di Pulau Jawa.
Karpet Merah untuk Mobil Listrik
Akhir Maret lalu, pemerintah resmi menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 tahun 2023. Aturan yang berlaku mulai 1 April itu memberikan insentif kepada konsumen mobil listrik dan bus listrik berupa pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) mejadi hanya 1%. Sisa 10% akan ditanggung pemerintah (DTP).
Insentif tersebut merupakan upaya meningkatkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pemerintah berharap penjualan mobil listrik mencapai 35.862 unit dan bus mencapai 138 unit pada akhir tahun sebagai imbas dari insentif tersebut.
Sejauh ini, mobil yang berhak mendapatkan insentif ini hanya dua jenis: Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq 5. Sebab, keduanya memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40% atau lebih, yang menjadi syarat insentif.
Wuling Air EV yang saat ini dibanderol Rp234- 299 juta, mendapatkan potongan insentif sebesar Rp21-26 juta. Sementara Ioniq 5 yang harganya sebelum dipotong mencapai Rp748-859 juta akan mendapatkan potongan sebesar Rp60-70 juta.
Agen Energi Internasional (IEA) menyebutkan pada 2021, jumlah mobil listrik di dunia mencapai 11 juta. Jumlah ini termasuk mobil hybrid. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya digunakan di Cina, yaitu sebanyak 6,2 juta.
Berdasarkan data dari Gaikindo, pertumbuhan mobil listrik di Indonesia mencuat berlipat-lipat selama masa Pandemi COVID-19 berlangsung. Pada 2021, total penjualan mobil listrik di tingkat grosir di Indonesia sebesar 254 unit, dengan penjualan tertinggi pada bulan Februari sebesar 54 unit.
Namun setahun berikutnya penjualan naiik 42 kali lipat menjadi 10.413 unit. Penjualan tertinggi terjadi pada kuartal keempat 2022 yaitu sebanyak 6.541 unit atau 62,8% dari total penjualan setahun.
Tahun ini, penjualan mobil listrik telah mencapai 621 unit selama dua bulan pertama 2023. Angka ini diprediksi akan tetap tumbuh berkali-kali lipat seiring dengan dorongan insentif yang diberikan pemerintah.