Kontribusi konsumsi rumah tangga yang begitu dominan, membuat Gorontalo tak kuasa menahan arus barang impor.
Ringkasan Eksekutif
- Perekonomian Gorontalo dari sisi pengeluaran, terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan porsi mencapai 61,8% dari total PDRB pada tahun 2021. Tidak hanya kontribusi yang tinggi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga sangat menentukan pergerakan pertumbuhan ekonomi Gorontalo.
- Secara sektoral, perekonomian Serambi Madina, julukan Gorontalo, terutama ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang porsinya terus meningkat dari 37,0% pada tahun 2015 menjadi 38,9% pada tahun 2021. Namun kinerjanya belum mampu mendorong ekonomi Gorontalo tumbuh lebih tinggi pasca pandemi, hanya tumbuh 1,8% (yoy) pada tahun 2021.
- Dengan porsi konsumsi rumah tangga yang cukup besar sementara ada keterbatasan pada industri pengolahan, pemenuhan kebutuhan lokal banyak dipasok dari luar Gorontalo. Hal ini tercermin dari proporsi impor barang dan jasa terhadap PDRB yang menempati posisi kedua terbesar setelah konsumsi rumah tangga sebesar 38,1% pada tahun 2021. Impor tumbuh cukup signifikan sebesar 7,7% (yoy) pada 2021 seiring dengan pulihnya perekonomian pasca pandemi.
- Sayangnya, kualitas hidup masyarakat Gorontalo masih cukup rendah tercermin dari tingginya angka kemiskinan dan ketimpangan serta rendahnya indeks pembangunan manusia. Hal ini berkontribusi pada rendahnya penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor yang berpotensi memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti industri pengolahan, pertambangan dan penggalian.
- Selain industri pengolahan yang menjadi peluang investasi di Gorontalo, ekonomi syariah juga memiliki potensi besar. Sektor pertanian misalnya, dapat menjadi bahan baku komoditas makanan yang dapat ambil bagian dalam ekosistem halal. Selama ini, sektor penanaman modal pada industri pengolahan masih sangat minim, baik oleh investor domestik maupun asing.