Dampak Berlipat Infrastruktur

JAKARTA – Albert Otto Hirschman (1915–2012) lewat bukunya “The Strategy of Economic Development” (1958) menyebutkan bahwa tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi. Michael Paul Todaro dalam “Economic Development” (2006) menyebutkan, infrastrukur sebagai salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan ekonomi.

Terhadap perekonomian nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB), kontribusi sektor konstruksi boleh jadi hanya sekitar 9,1% pada Juni 2022. Tetapi sektor tersebut kerap disebut sebagai penggerak perekonomian lantaran memiliki efek pengganda (multiplier effects) yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, menarik investasi, serta berinteraksi kuat dengan sektor lain dalam perekonomian.

Dari sisi pertumbuhan, kinerja sektor konstruksi dalam sepuluh tahun terakhir cenderung lebih tinggi dari dibandingkan perekonomian nasional. Pengecualian pada kuartal kedua hingga kuartal keempat 2016. Saat itu, pertumbuhan sektor ini melambat sebagai dampak dari ketidakpastian global pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit) dan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Sektor konstruksi rentan terhadap fluktuasi suku bunga, inflasi dan nilai tukar.

Itu sebabnya ketika terjadi pandemi Covid-19, pertumbuhan sektor konstruksi langsung menyusut. Banyak proyek tertunda karena pembatasan aktivitas.

Pertumbuhan sektor konstruksi sempat melambung saat era normal baru dimulai pada kuartal II-2021, meski belum kembali ke pertumbuhan sebelum pandemi. Tetapi kembali melambat karena ketidakpastian akhir pandemi. Pada kuartal II-2022, kontribusinya terhadap perekonomian nasional hanya 9,1%.

Namun, pergerakan kinerja sektor konstruksi selalu beriringan dengan kinerja perekonomian nasional. Kondisi ini mengisyaratkan keduanya saling mempengaruhi.

Sementara itu, kontribusi sektor informasi dan komunikasi terhadap PDB hanya 4,1% pada kuartal II-2022 justru memiliki kecenderungan tumbuh lebih tinggi dibandingkan PDB dan sektor konstruksi. Berbeda dengan banyak sektor lainnya, kinerja sektor informasi dan komunikasi juga tetap mencatat pertumbuhan saat pandemi.

Kegiatan sekolah jarak jauh (online) dan bekerja dari rumah (work from home) yang diterapkan selama pandemi mendorong penggunaan internet meningkat. Perkembangan tersebut berkontribusi positif pada pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi. Apalagi, transaksi ekonomi dari jual beli barang, makanan, kebutuhan pokok hingga hiburan dan rekreasi virtual serta keuangan ikut mendongkrak kinerja sektor tersebut.

Pertumbuhan tertinggi selama pandemi tercatat pada kuartal IV-2020, yaitu sebesar 11,0%. Sebaliknya, kinerja sektor konstruksi pada saat itu menyusut 5,7% dan perekonomian nasional 2,2% sepanjang 2020.

Download Edisi White Paper

Memetakan Peluang Ekonomi Wilayah: Kota Banjarmasin

Artikel sebelumnya

Dalam Bayang-bayang Resesi 2023

Artikel selanjutnya

Baca Juga