JAKARTA — Konsumsi daging kerap dikaitkan dengan standar hidup. Ketika orang semakin sejahtera, mereka akan berbelanja atau menyantap lebih banyak daging.
Hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 juga menunjukkan kecenderungan serupa. Wilayah dengan pendapatan per kapita tinggi, cenderung mengonsumsi lebih banyak daging sapi.
Kota Jakarta Pusat, misalnya. Dengan pendapatan per kapita Rp683 juta pada 2021, Jakarta Pusat mengonsumsi daging sapi sebanyak 1,7 kg per penduduk. Di tahun yang sama, dengan pendapatan per kapita Rp491 juta, Kota Kediri menyantap daging sapi 1,04 kg per kepala.
Kaitan antara konsumsi daging dan pendapatan agaknya didorong oleh kenyataan bahwa daging merupakan sumber protein termahal.
Bagi banyak orang, makan daging merupakan kemewahan, bahkan identik dengan pesta. Di sejumlah daerah, makan daging atau memotong hewan ternak, menjadi bagian dari tradisi dalam perayaan hari besar atau upacara adat, seperti pesta pernikahan.
Meski hubungan antara konsumsi daging dan pendapatan cukup erat, konsumen daging sapi terbesar di Indonesia ternyata bukan daerah dengan PDRB per kapita tertinggi.
Kabupaten Sidoarjo yang pada 2017 pendapatan per kapitanya hanya Rp101 juta –sekitar seperenam dari PDRB per kapita Jakarta Pusat– merupakan penyantap daging sapi terbesar. Konsumsinya 1,98 kg per penduduk per tahun.
Tingkat konsumsi daging sapi di Kota Surabaya juga menyamai Jakarta Pusat, padahal pendapatan per kapitanya tak sampai sepertiganya. Kabupaten Sumbawa yang PDRB per kapitanya hanya 4% Jakarta Pusat, konsumsinya hampir setara dengan tingkat konsumsi daging sapi di Ibu Kota RI.
Agaknya, selain pendapatan per kapita, tingkat konsumsi daging sapi dipengaruhi banyak faktor lain. Misalnya, tradisi, kepercayaan, dan terutama akses serta harga daging sapi yang tak seragam. Harga yang lebih mahal membuat “keunggulan” PDRB per kapita tidak cukup berarti.
Soal harga ini pula, rupanya, yang membuat konsumsi daging di Indonesia termasuk salah satu yang paling rendah di dunia.
Menurut Badan Pangan PBB (Food and Agriculture Organisation — FAO) konsumsi daging (termasuk ayam, kerbau, babi – semua daging selain seafood dan ikan) kita pada 2017 hanya 11,7 kilogram per kapita. Ini hanya sepertiga konsumsi Mesir dan seperempat Ukraina – dua negara dengan PDB per kapita (dihitung berdasarkan purchasing power parity) yang setara Indonesia.
Sebagai perbandingan, harga tiap ton daging sapi di Indonesia pada November 2022 mencapai tiga kali PDB per kapita. Padahal, di Mesir dan Ukraina masing-masing hanya dua kali dan 2,75 kali.
Konsumsi daging Indonesia akan melonjak, mungkin bakal menyamai negara-negara yang standar hidupnya setara, jika harga sapi dapat ditekan.