JAKARTA – Selama 34 tahun terakhir, tingkat pengangguran di Indonesia memang naik turun seirama dinamika perekonomian nasional. Padahal, pada 2030, Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus demografi, yakni kondisi usia produktif melambung di atas non-produktif. Target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2024 dengan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5-5,7% tentu tidak mudah.
Data World Development Indicators terbitan World Bank tahun 2021 menyebutkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 3,6%. Posisi ini hanya sedikit lebih baik dari Malaysia yang 3,7%. Sementara Brunei Darussalam menjadi negara dengan tingkat pengangguran terbesar, yaitu 7,2%.
Persentase angkatan kerja berpendidikan tinggi yang menganggur di Indonesia mencapai 4,6%. Dari tujuh negara di Asia Tenggara, Indonesia ada di peringkat tengah, baik dari proporsi angkatan kerja dengan pendidikan tinggi maupun yang menganggur dalam kategori tersebut. Posisi Indonesia di bawah Myanmar dan Thailand.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2023 turun 0,38% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga menjadi 5,5%. Penurunan TPT terbesar terjadi di Bali, yaitu mencapai 1,1%, menjadi 3,7%. Kemudian Banten (turun 0,6%), Kalimantan Utara (0,5%) dan Jawa Tengah (0,5%).
Jumlah pekerja lulusan pendidikan tinggi justru menyusut dalam dua tahun terakhir. Padahal, jumlah pekerja di Indonesia terus bertambah dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari 131,1 juta pada 2021 menjadi 138,6 juta pada Februari 2023. Jumlah pekerja tamatan Diploma I/II/III yang pada Februari 2022 berjumlah 3,6 juta kini menjadi 3,1 juta. Begitu pula dengan pekerja tamatan Diploma IV dan sarjana ke atas, pada tahun lalu berjumlah 13,5 juta, kini menjadi 12,9 juta.
Selama tiga tahun terakhir, jumlah pekerja dengan pendidikan terakhir SD ke bawah, SMP dan SMA terus bertambah. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pekerja di Indonesia selama tiga tahun terakhir merupakan kontribusi dari pekerja dengan pendidikan rendah.
Data BPS mengungkapkan, pekerja yang menamatkan pendidikan tinggi paling banyak bekerja di DKI Jakarta. Porsinya mencapai 23,0% atau 1,1 juta orang dari total pekerja di Ibu Kota. Angka ini dua kali lipat dari porsi pekerja berpendidikan tinggi di tingkat nasional yang hanya 11,5%.
Dari 34 provinsi di Indonesia, 26 provinsi memiliki porsi pekerja dengan pendidikan tinggi yang lebih besar dari porsi nasional (11,5%). Sementara delapan provinsi lebih rendah, di antaranya: Papua (6,3%), Lampung (7,4%), Jawa Tengah (7,7%), dan Jawa Timur (9,3%).
Pekerja yang menamatkan pendidikan tinggi paling banyak bekerja di DKI Jakarta. Porsinya mencapai 23% dari total pekerja di ibu kota atau sebanyak 1,1 juta pekerja. Angka ini dua kali lipat porsi pekerja berpendidikan tinggi nasional yaitu 11,5%.
Download Report – Beban Pengangguran Masih Menggelayut