Ringkasan Eksekutif
Setelah melalui penyesuaian dengan ketersediaan data, Datanesia menetapkan empat indikator wilayah dengan rumah tangga kelas menengah terbanyak di Indonesia. Empat indikator itu adalah: memiliki rumah sendiri; memiliki mobil; memilki lulusan atau mahasiswa di perguruan tinggi; dan memiliki asuransisi kesehatan non penerima bantuan iuran (PBI)/Jamkesda atau subsidi iuran layanan kesehatan oleh pemerintah daerah.
Dari 10 wilayah dengan porsi kelas menengah terbanyak, Pulau Jawa hanya menempatkan tiga kota: Tangerang Selatan, Bekasi, dan Madiun. Sisanya tersebar di Sumatera: Banda Aceh, Bandar Lampung, Pekanbaru dan Bengkulu, kemudian Kalimantan: Palangkaraya dan Balikpapan, serta Sulawesi Tenggara: Kendari.
Ada empat kota yang bertahan pada dua masa, yaitu 2017 dan 2021: Banda Aceh, Tangerang Selatan, Bekasi dan Bengkulu tetap menjadi wilayah dengan porsi kelas menengah terbesar dalam dua periode itu. Namun, telah terjadi beberapa pergeseran peringkat.
Kota-kota yang baru masuk dalam daftar wilayah dengan porsi kelas menengah terbesar mengalami kenaikan pada indikator kepemilikan asuransi kesehatan non-PBI/Jamkesda. Kenaikan terbesar terjadi di Kota Pekanbaru (20,7%), disusul Kendari (15,8%), Balikpapan (12,9%) dan Bandar Lampung (11,1%).
10 wilayah dengan porsi kelas menengah terbesar, hampir semua indikator keuangannya lebih unggul dibandingkan provinsi acuannya. Untuk pengeluaran per kapita misalnya, yang tertinggi ada di Kota Bekasi, yaitu Rp2.694.000 per bulan, dan yang terendah adalah Bengkulu yakni Rp1.797.000.
Porsi pengeluaran non-makanan seluruh wiayah kelas menengah pada umumnya lebih tinggi dibanding provinsi acuannya. Begitu juga dengan indikator belanja pendidikan dan belanja kesehatan. Porsi pengeluaran non-makanan tertinggi ada pada kota Balikpapan (57,2%), terendah di Kota Bandar Lampung (51,4%).
Datanesia juga memotret kondisi sosial wilayah dengan porsi rumah tangga kelas menengah terbesar. Ternyata, sebagian besar wilayah itu memiliki tingkat kemiskinan yang rendah, namun dengan pengangguran tinggi. Kota Bengkulu menjadi satusatunya wilayah dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dari provinsi acuannya, yaitu 17,9%.
Sektor perumahan memiliki potensi yang sangat besar di wilayah dengan porsi kelas menengah yang banyak. Daya belinya tinggi, apalagi masih banyak kekurangan (backlog). Karena itu, ruang untuk investasi di kantong-kantong kelas menengah masih terbuka lebar.